REPUBLIKA.CO.ID, EGYPT -- Mantan Perdana Menteri (PM) Mesir, Ahmed Shafik yang dideportasi dari Uni Emirat Arab (UEA) pada Sabtu (2/12) diketahui tiba di Kairo beberapa jam kemudian. Shafik yang pekan lalu mengumumkan rencana untuk mencalonkan diri sebagai presiden dipandang sebagai lawan terkuat Presiden Abdel Fattah Al-Sisi yang diperkirakan akan menjalani jabatan periode kedua, tahun depan.
Dilansir dari Reuters, Ahad (3/12), Shafik mendarat menggunakan pesawat pribadi di bandara Kairo pada Sabtu (2/12) malam. Dengan pengawalan, Shafik keluar bandara untuk kemudian dijemput dengan iring-iringan mobil di luar bandara.
Kantor berita UEA, WAM mengatakan Shafik meninggalkan UEA, tanpa memberikan rincian mengapa atau bagaimana dia pergi. Keluarganya tetap tinggal di UEA.
Putri Shafik, May Shafik mengatakan bahwa pihak berwenang mendatangi ayahnya dan mengirimnya ke Kairo.
"Kami akan pergi menuju Prancis. Mereka datang dan membawanya. Mereka membawanya ke pesawat pribadi dan mendeportasi ke Mesir," katanya.
"Hanya karena dia mengumumkan akan mencalonkan diri sebagai presiden, mereka mendeportasinya ke Mesir, dan saya tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padanya."
Pemerintha UEA diketahui merupakan sekutu Al-Sisi. Pengumuman Shafik ini dianggap mengancam peluang Al-Sisi memimpin untuk periode kedua. Padahal Mesir tengah dilanda pukulan di bidang ekonomi dengan tingginya inflasi.