REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Liga Arab menegaskan sikap terkait wacana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Menurut Sekjen Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, Amerika Serikat (AS) hanya akan menyulut ekstremisme dan kekerasan bila bersikeras mewujudkan wacana tersebut. Demikian dilansir Reuters, Ahad (3/12).
Pada Jumat lalu, seorang pejabat senior AS menyebut adanya rencana Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai milik Israel. "Kami menegaskan wacana itu tidak dapat dibenarkan. Rencana itu tidak akan mendukung kedamaian atau stabilitas (di kawasan), melainkan justru dapat menyulut ekstremisme dan kekerasan lebih lanjut," kata Aboul Gheit, seperti dikutip Reuters, Ahad (3/12).
Pastinya, rencana Amerika Serikat ini hanya menguntungkan pemerintah Israel, yang jelas-jelas merusak upaya perdamaian, tambahnya.
Sebelum era Trump, Amerika Serikat berprinsip bahwa status Yerusalem hanya akan jelas melalui negosiasi antara Palestina dan Israel. Wacana Trump tersebut, bilamana terwujud, akan mendahului kemungkinan negosiasi di antara kedua belah pihak.
Sampai saat ini, Palestina menegaskan Yerusalem sebagai ibukotanya kelak bilamana kedaulatan 100 persen diraihnya. Sebagai informasi, Yerusalem merupakan kota yang dianggap suci baik oleh umat Islam, Kristen, maupun Yahudi. Prokontra atas status kota ini telah menjadi isu global, tidak semata-mata dalam bingkai konflik Palestina-Israel