Ahad 03 Dec 2017 23:25 WIB

Banjir Rob Landa Dua Kecamatan di Lombok Timur

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi dampak siklon dahlia.
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
Ilustrasi dampak siklon dahlia.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Banjir Rob terjadi di Kecamatan Keruak dan Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur pada Ahad (3/12) pukul 19.30 Wita.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Rum mengatakan, banjir ini merupakan siklus tahunan berupa air laut pasang di daerah pesisir pantai. Yakni, Desa Ekas Buana, Desa Batu Nampar Selatan di Kecamatan Jerowaru, serta Desa ketapang Raya, dan Desa Tanjung luar di Kecamatan Keruak. 

Rum menyebutkan, air laut memasuki rumah-rumah warga yang berada di dekat laut dengan ketinggian mencapai satu meter. "Alhamdulillah sekarang sudah surut dan 50 jiwa sudah diungsikan ke tempat yang lebih aman," ujar Rum di Mataram, Ahad (3/12) malam.

Rum menambahkan, tim dari BPBD NTB dan BPBD Lombok Timur telah berada di lokasi.

Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto mengatakan, banjir rob kemungkinan besar sebagai dampak dari munculnya bulan purnama (supermoon) yang terjadi pada Ahad (3/12) malam. Pada Senin (4/12) besok, Agus menuturkan, bulan akan berada pada jarak terdekat dengan bumi (perigee).

"Dampak yang bisa saja terjadi akibat supermoon seperti terjadi pasang surut atau pasang naik air laut akibat gravitasi bulan," kata Agus.

Selain itu, banjir rob bisa juga diakibatkan lantaran gelombang pasang tinggi, kemudian dari arah laut ditambah gelombang hasil badai Cempaka dan Dahlia yang bisa merambat sampai ke pantai dalam bentuk gelombang sorong.

Agus menambahkan, banjir rob kerap melanda daerah yang permukaannya lebih rendah daripada permukaan air laut. Banjir rob juga mempunyai warna yang cenderung lebih jernih daripada air yang pada banjir-banjir biasanya. 

Agus merinci karakteristik atau ciri-ciri banjir rob antara lain, terjadi pada saat air laut sedang pasang, warna air tidak terlalu keruh, dan tidak melulu terjadi pada saat musim penghujan tiba. Banjir rob juga biasanya terjadi pada daerah yang mempunyai wilayah dataran lebih rendah daripada wilayah lautan.

Agus menyebutkan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya banjir rob. Mulai dari pemanasan global, pemanfaatan air tanah secara berlebihan, pembabatan hutan mangrove atau hutan bakau, keadaan topografi suatu wilayah, adanya fenomena penurunan muka tanah, perubahan penggunaan tanah rawa, situ, sawah, penyempitan bantaran sungai, membuang sampah di sungai, dan sistem drainase yang tidak terawat.

“Purnama terjadi ketika orbit bulan dan matahari sebaris dengan bumi. Dampak dari bulan purnama yakni air laut akan menjadi pasang. Banjir rob bisa diperparah saat bulan berada pada posisi terdekat dengan bumi, dikenal dengan perigee," lanjut Agus.

Agus menilai, kondisi ini perlu menjadi kewaspadaan kesiapsiagaan untuk adaptasi lingkungan, terutama wilayah yang berada di pesisir pantai, seperti di Selatan Pulau Lombok. "(Banjir rob) umumnya melanda daerah pantai saja. Perlu diwaspadai esok hari juga fenomena purnama masih berlanjut," kata Agus menambahkan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement