REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah 8 bulan lebih sejak Penyidik Senior KPK, Novel Baswedan diserang dengan cairan yang diduga air keras pada 11 April lalu. Namun hingga kini kepolisian dinilai sangat lamban mengungkap kasus tersebut.
Lambannya sikap aparat ini disikapi Amnesty International Indonesia, dengan memperbaharui petisi di change.org pada Ahad (3/12). Direktur Eksekutif Amnesty International, Usman Hamid menegaskan desakan penyelesaian kasus Novel ini harus terus disuarakan. Melihat masih sangat lambannya perkembangan kasus ini di kepolisian. "Kita belum akan berhenti untuk menyuarakan kasus Novel," kata Usman kepada Republika.co.id, Ahad (3/12).
Melihat kasus lain, ia anggap polisi masih cukup tanggap dibandingkan kasus Novel. Kasus Jesica misalnya, tiga minggu bisa diselesaikan oleh kepolisian. Begitu juga kasus perampokan di Pulo Mas yang bisa dipecahkan dalam hitungan hari.
"Giliran Novel, berbulan-bulan! Jangan-jangan malah bertahun-tahun? Ke mana saja polisi? Pelakunya seperti hantu. Ia tak terlihat, tapi ada di sekitar kita. Tapi kita jangan menyerah!" ungkapnya.
Amnesty International berharap aparat masih memegang janji dan komitmen presiden untuk mengungkap kasus Novel ini. Amnesty International Indonesia untuk mengajak masyarakat untuk serentak menyuarakan penyelesaian kasus ini di depan istana pada Kamis 7 Desember mendatang.
Desakan ini juga akan serentak di gelar di beberapa kota, seperti Jogja, Solo, Bandung, Malang, Denpasar, Makassar. Usman meminta masyarakat yang peduli terhadap upaya pemberantasan korupsi khususnya kasus Novel ini untuk ikut terlibat dalam aksi tersebut, baik turun bersama atau ikut meramaikan di media sosial pada Kamis, 7 Desember mendatang.