REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Afrika Selatan (Afsel) Jacob Zuma dalam wawancara dengan sebuah surat kabar yang disiarkan pada Ahad (3/12) mengatakan Afsel dan Maroko akan memulihkan hubungan diplomati. Sudah ebih dari satu dekade Maroko menarik duta besarnya dari Pretoria.
Maroko memanggil duta besarnya dari Afsel pada 2004 setelah mantan Presiden Afsel Thabo Mbeki mengakui pemisahan sebuah kawasan di Sahara Barat yang Maroko klaim sebagai bagian dari wilayahnya.
"Maroko adalah negara Afrika dan kami perlu memiliki hubungan dengan mereka. Kami tak pernah punya masalah dengan mereka. Merekalah yang pertama kali menarik hubungan diplomatik," kata Zuma kepada City Press dalam wawancara tersebut.
Zuma bertemu Raja Maroko Mohamed pekan lalu di sela konferensi tingkat tinggi Uni Eropa-Uni Afrika. "Mereka merasa bahkan jika kami berbeda pandangan mengenai isu-isu Sahara Barat, kedua negara hendaknya memiliki hubungan," kata Zuma mengenai posisi para pejabat Maroko di pertemuan itu.
Posisi resmi pemerintah Afsel, seperti ditegaskan kembali oleh Zuma dalam salah satu pidatonya ialah mendukung penentuan nasib sendiri dan dekolonisassi bagi Sahara Barat.
Keputusan untuk memulihkan kembali hubungan dengan Maroko sepertinya sesuai masukan dari sejumlah anggota Kongres Nasional Afrika (ANC) yang berkuasa di Afsel. Zuma adalah pemimpin partai itu. ANC sebagai salah satu gerakan pembebasan tertua di Afrika telah lama mendukung mereka yang menginginkan kemerdekaan di Sahara Barat dan telah menuding Maroko menduduki kawasan itu.