REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta meminta seluruh desa di daerah ini yang warganya masih terdampak bencana badai Siklon Tropis Cempaka membuat dapur umum.
"Kami instruksikan kepada seluruh desa kalau memang ada warganya yang masih terdampak kejadian 28 November membuat dapur umum, kita akan droping logistiknya," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto di Bantul, Senin (4/12).
Menurut dia, kejadian hujan deras disertai angin kencang karena dampak badai Siklon Tropis Cempaka pada 28 November mengakibatkan kejadian banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang di ratusan titik wilayah Bantul. Guna penanganan pascabencana secara optimal, BPBD Bantul sudah mendirikan posko terpadu di Kantor BPBD, agar penyaluran logistik bisa terkonsentrasi dan terdistribusikan sesuai kebutuhan masyarakat secara cepat dan tepat waktu.
"Jadi silahkan masyarakat mengusahakan sendiri bantuan logistiknya untuk dikelola dapur umum desa, sehingga biar cepat, kalau dapur umum tidak kita bikin per desa, kan dia harus ambil ke sana, ambil ke sini," katanya.
Dwi Daryanto menjelaskan, selain efektif dan tidak perlu waktu dalam pendistribusian logistik, juga pemulihan wilayah terdampak bencana lebih cepat, sebab peralatan kerja bakti untuk masyarakat juga akan didistribusikan lewat dapur umum desa.
"Bahkan peralatan kerja bakti juga akan kita 'support' untuk warga yang terdampak. Jadi masyarakat tidak usah khawatir yang paling penting masyarakat tetap fokus pemulihan pascabencana untuk lingkungan diri sendiri," katanya.
BPBD juga berharap, masyarakat terutama warga terdampak bencana tidak perlu mendengarkan informasi yang tidak jelas sumbernya atau isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan mengenai masalah ada bencana susulan dan sebagainya. "Itu informasi kalau tidak berasal dari sumber yang resmi misalnya dari BPBD tidak perlu dipercaya oleh masyarakat. Yang penting masyarakat fokus pemulihan," kata Dwi.
Data BPBD Bantul menyebut, kejadian 28 November mengakibatkan banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang di 245 titik. Kejadian itu menyebabkan kerusakan infrastruktur, merendam permukiman penduduk hingga membuat lebih dari 7.000 jiwa mengungsi.