REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Universitas di Kanada memiliki program untuk menyediakan jilbab pengganti bagi Muslimah yang menjadi korban Islamofobia. Dilansir dari muslimnews.com, Senin (4/12), program ini merupakan upaya bersama oleh persatuan mahasiswa Universitas Dalhousie di Halifax, Nova Scotia, dan Nova Scotia Public Interest Research Group.
Gagasan tersebut lahir dari diskusi mengenai serangan terhadap sebuah masjid di Kota Quebec pada bulan Januari. Saat itu enam orang Muslim saat sholat ditembak mati oleh seorang siswa dari Universitas Laval.
Serikat mahasiswa Dalhousie dan kelompok peneliti mengatakan bahwa banyak siswa menyatakan keprihatinan atas keselamatan mereka setelah serangan tersebut.
Dengan adanya program ini diharapkan akan meningkatkan kesadaran akan kekerasan terhadap umat Islam. selain itu, juga mendorong korban untuk merasa lebih nyaman dan melaporkan kejahatan tersebut.
"Kit termasuk kain dan pin, beserta tip pengamat dan nomor penting untuk melaporkan kejahatan semacam itu." Dikutip dari situs web.
Presiden Serikat Mahasiswa Dalhousie Amina Abawajy mengatakan bahwa beberapa orang memberi tahunya tentang insiden di mana jilbab menjadi sasaran, tetaapi para korban takut untuk memberitahu petugas tentang serangan tersebut.
"Saya tidak percaya mereka telah dilaporkan ke keamanan (dan) kami mendengar banyak masalah, khususnya dari wanita Muslim mengenakan jilbab, jadi kami menanggapi dengan membuat alat darurat ini," katanya kepada media Kanada.
Kelompok tersebut mengatakan bahwa Presiden A.S. Donald Trump membantu memicu kekerasan tersebut. Trump telah mencoba mengajukan larangan bepergian ke negara-negara Muslim dan telah mengkritik Islam dan imigrasi.
"Retorika seperti yang terjadi di Gedung Putih terbukti memicu kekerasan dan kefanatikan secara fisik, jadi kami perlu mengatasinya dengan respon fisik dan terarah," kata pernyataan tersebut.