REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri hingga saat ini masih belum menetapkan kebenaran kabar tewasnya teroris ISIS asal Solo, Bahrun Naim. Polri masih menunggu adanya informasi yang akurat terkait kebenaran informasi tersebut.
"Sampai saat ini Polri bekum bisa menginformasi ya, saudara BN itu telah tewas atau tidak," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Komisaris Besar Martinus Sitompul di Markas Besar Polri, Jakarta, Senin (4/12).
Polri, lanjut Martinus, masih berusaha menggali informasi yang akurat serta berusaha mendapatkan konfirmasi dari akses-akses Polri. "Misalnya di atase kepolisian yang ada di Turki atau dari Kementerian Luar Negeri tentu kita akan bisa pastikan apakah benar atau tidak," kata Martinus menjelaskan.
Sedangkan, yang tersebar saat ini menurut Martinus masih sebuah sebaran di media sosial yang kemudian viral. Informasi yang tersebar dalam tangkapan layar atau screenshot menyatakan bahwa Bahrun Naim tewas di sebuah pertempuran di Suriah. Tetapi bagi Polri, Polri masih akan mendalami dan menyelidiki informasi ini dengan bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri dan beberapa akses-akses polri lainnya di luar negeri misalnya dengan atase Kepolisian.
Sampai saat ini, sejak beredarnya di media sosial tersebut, lanjut Martinus, Polri sudah melakukan upaya-upaya untuk mendapatkan informasi lebih akurat soal kabar tersebut. "Tapi memang sampai saat ini belum ada fakta yang mengatakan bahwa saudara BN telah tewas. Namun bila nanti kita mendapatkan kabar yang lebih akurat tentu akan kita sampaikan," kata Martinus.
Bahrun Naim mulai muncul ketika ditangkap Densus 88 pada tahun 2010 karena menyimpan senjata api dan amunisi yang disebutnnya sebagai titipan dari seorang buron kasus terorisme.
Bahrun Naim juga disebut sebagai dalang aksi teror bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari 2016. Bahrun yang kerap disebut sebagai pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini merekrut sejumlah teroris dari Indonesia.
Bahrun juga kerap mengajarkan cara membuat bom melalui grup-grup Telegram internal teroris. Selain itu, Naim sering dikaitkan dengan kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.