REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul menuturkan, dalam memastikan kabar kematian tokoh ISIS, Bahrun Naim, Polri berkoordinasi dengan sejumlah pihak. Di antaranya, Polri berkoordinasi dengan The International Criminal Police Organization (Interpol) dan Kepolisian Suriah.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul mengatakan, Polri mencari informasi melalui interpol melalui atase kepolisian yang ada di Turki dan Suriah. Mengingat, Indonesia juga memiliki hubungan diplomatik dengan Suriah.
"Dalam hal ini ingin dilakukan sebuah kerjasama untuk bisa mendapatkan informasi yang akurat dalam hal hal yang biasa dilakukan oleh negara-negara yang terkait dengan kegiatan di sana, kegiatan di Suriah," kata Martinus di Markas Besar Polri, Senin (4/11).
Untuk mendalami informasi tersebut, Polri masih melakukan komunikasi dengan Kementerian Luar Negeri, khususnya Direktorat Jenderal perlindungan warga negara Indonesia.
"Biasanya kalau misalnya ada penangkapan terhadap Seorang warga negara X misalnya negara X tersebut melalui kepolisian nya atau melalui militer-nya itu kemudian diinformasikan oleh negara tersebut," kata Martinus menjelaskan.
Sebelumnya, berita tewasnya Bahrun Naim tersebar melalui tangkapan layar (screenshot) sebuah grup percakapan aplikasi Telegram yang tersebar di media sosial. Informasi tersebut pun masih didalami oleh Polri.
"Ini termasuk sebuah pendalaman kita terhadap media sosial yang siapa yang mengawali penyebaran informasi ini, sehingga kita bisa ketahui dari sumbernya apa," kata Martinus.
Bahrun Naim mulai muncul ketika ditangkap Densus 88 pada tahun 2010 karena menyimpan senjata api dan amunisi yang disebutnnya sebagai titipan dari seorang buron kasus terorisme. Bahrun Naim juga disebut sebagai dalang aksi teror bom Thamrin, Jakarta Pusat, pada Januari 2016. Bahrun yang kerap disebut sebagai pimpinan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ini merekrut sejumlah teroris dari Indonesia.
Bahrun juga kerap mengajarkan cara membuat bom melalui grup-grup Telegram internal teroris. Selain itu, Naim sering dikaitkan dengan kelompok jaringan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.