REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah warga komunitas nelayan di Cilincing, Jakarta Utara yang memiliki toilet hanya sepertiga dari total rumah yang ada, berdasarkan penelitian yang dilakukan Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya.
Kepala Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat Universitas Atma Jaya Clara Ajisukmo di Jakarta enggan menyebutkan kelurahan lokasi penelitian tersebut dilakukan dan menekankan fenomena tersebut ditemukan di kota megapolitan Jakarta.
"Masih ada buang air besar di tempat terbuka, mereka lebih memilih di tempat terbuka, seperti sungai atau got," ujar dia,Senin (4/12).
Berdasarkan penelitian itu, hanya 37,5 persen atau sebanyak 225 rumah dari sekitar 600 rumah yang memiliki toilet di komunitas nelayan di Cilincing. Alasan masih adanya rumah yang tidak memiliki toilet antara lain karena terdapat toilet umum di lingkungan komunitas berada dan rumah yang dimiliki kecil dan berdempetan.
"Selanjutnya membuat toilet mahal, jadi saat ada toilet umum ya sudah pakai toilet umum saja," ucap Clara.
Penelitian itu juga menunjukkan warga mengakui melihat kotoran manusia ada di sekitar rumah mereka, padahal anak-anak bermain di sekitar rumah sehingga terancam penyakit cacingan, diare serta infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Tidak hanya di kawasan Cilincing, buang air besar di tempat terbuka juga ditemukan di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur serta Penjaringan, Jakarta Utara.
"Jatinegara itu komunitas di tengah kota dan daerah kumuh jadi tetap ada BAB di tempat terbuka. Yang tinggal di sana ada pedagang dan pemulung. Rumah rapat faktor penyebabnya," kata dia.
Menurut Clara, kebersihan dan kesehatan lingkungan masih belum dipahami masyarakat, khususnya yang dalam kondisi ekonomi tidak baik dan berada dalam lingkungan yang padat penduduk.
Ada pun berdasarkan data Survei Ekonomi dan Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) sampai Maret 2016, sebanyak 16,4 juta keluarga di Indonesia tidak memiliki jamban.