REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pemimpin pemberontak Houthi di Yaman, Abdul Malik al-Houthi, membanggakan kematian mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Ia mengatakan kematian Saleh merupakan kemenangan dalam melawan koalisi militer pimpinan Arab Saudi yang telah diperanginya.
Dalam pidato televisi yang ditayangkan di jaringan TV Al Masirah yang dikelola Houthi, al-Houthi mengatakan militannya membunuh Saleh karena telah berkhianat. Ia juga mengucapkan selamat kepada orang-orang Yaman atas hari bersejarah ini yang menunjukkan gagalnya sebuah persekongkolan dan pengkhianatan.
Tanpa menyebutkan nama Saleh, Houthi mengatakan dia mengetahui komunikasi yang dilakukan oleh Saleh dengan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk melawan kelompok Houthi. Houthi juga mengatakan, dia telah mengirim beberapa peringatan kepada Saleh.
"Kami telah memberitahu pemimpin pengkhianat itu untuk menarik kembali keputusannya, bersikap bijak, dan meminta milisi-milisinya untuk berhenti melakukan kejahatan. Hari ini adalah hari jatuhnya konspirasi pengkhianatan. Ini adalah hari yang buruk bagi kekuatan koalisi," ujar al-Houthi.
Menurutnya, pemberontakan loyalis Saleh terhadap kelompok Houthi adalah ancaman terbesar yang pernah dihadapi negara di Semenanjung Arab itu. Namun pemberontakan berhasil dikalahkan hanya dalam tiga hari.
Dia menjelaskan kelompok Houthi, yang secara resmi disebut Ansar Allah, akan mempertahankan sistem republik negara tersebut dan tidak akan membalas dendam terhadap partai Saleh. "Masalahnya bukan dengan Kongres Rakyat Umum (GPC) sebagai partai atau dengan anggotanya," kata al-Houthi.
Houthi juga memuji peluncuran rudal yang diklaim telah dilakukan kelompoknya ke Uni Emirat Arab (UEA) pekan ini. Peluncuran itu menurutnya adalah pesan bagi siapapun agar tidak melakukan investasi asing di UEA dan Arab Saudi karena keterlibatan mereka di Yaman.
Pemberontak Houthi juga telah menembakkan rudal ke ibu kota Arab Saudi, Riyadh, bulan lalu. Menurut New York Times, rudal itu berhasil dicegat oleh pertahanan udara kerajaan tersebut.
"Cerita resminya sudah jelas: Pasukan Saudi menembak jatuh sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh kelompok pemberontak Houthi bulan lalu di ibu kota Riyadh. Hal itu adalah kemenangan bagi Arab Saudi dan Amerika Serikat, yang memasok sistem pertahanan rudal Patriot," tulis New York Times saat itu.
Namun, bukti yang dianalisis oleh tim peneliti ahli rudal di Middlebury Institute of International Studies di Monterey, California, menunjukkan hulu ledak rudal tersebut berjalan tanpa hambatan mengenai sistem pertahanan Arab Saudi. Rudal hampir mencapai targetnya, yaitu Riyadh's King Khalid International Airport.
Seorang juru bicara Houthi mengaku kepada Aljazirah, mereka meluncurkan rudal Burkan 2-H, rudal tipe Scud dengan jangkauan lebih dari 800 km, menuju Riyadh. Analisis Middlebury Institute menemukan hulu ledak rudal meledak di dekat terminal domestik, sehingga orang-orang melompat keluar dari tempat duduk mereka.
"Temuan menunjukkan, Houthi yang didukung Iran telah cukup kuat untuk mencapai sasaran utama di Arab Saudi, yang mungkin mengubah keseimbangan perang mereka selama bertahun-tahun," tulis New York Times.