REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Peristiwa gelombang pasang air laut Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi menyebabkan banyak perahu nelayan tradisonal mengalami kerusakan. Dampaknya, para nelayan saat ini kebanyakan tidak bisa melaut.
"Laporan dari nelayan banyak perahu yang rusak akibat gelombang pasang beberapa hari lalu," ujar Kepala Seksi Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sukabumi Andi kepada Republika.co.id, Senin (4/12).
Hingga kini petugas masih meminta data jumlah perahu yang mengalami kerusakan dari enam TPI yang ada di selatan Sukabumi. Saat ini terang Andi, pengelola TPI baru mengirimkan gambar laporan kerusakan perahu nelayan yang rusak.
Perahu nelayan yang rusak itu berada di Cisolok, Cibangban, Ujunggenteng, Palabuhanratu, Ciwaru, dan Minajaya. Andi menerangkan, kebanyakan perahu nelayan yang rusak tersebut adalah jenis congkreng atau perahu tradisional.
Di mana kata dia pada saat terjadi gelombang pasang perahu tersebut terhempas ombak dan mengalami kerusakan pada beberapa bagian. Menurut Andi, sebagian besar nelayan hingga kini masih memperbaiki perahunya yang mengalami kerusakan.
"Informasi di lapangan mulai Senin ini ada sebagian kecil nelayan melaut karena sudah selesai memperbaiki perahu," tambah dia.
Dikatakan Andi, kondisi gelombang pasang yang menyebabkan kerusakan perahu nelayan berdampak pada minimnya hasil tangkapan ikan. Selama ini lanjut dia, hasil tangkapan ikan nelayan Sukabumi kebanyakan jenis layur, cakalang, dan tuna.
Namun dalam kondisi cuaca buruk maka hasil tangkapan nelayan masih minim. Sementara itu Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Sukabumi Ujang SB belum bisa dihubungi melalui sambungan telpon unuk mengkonfirmasi dampak gelombang pasang ke nelayan.
Selain merusak perahu nelayan, gelombang pasang air laut beberapa hari lalu menyebabkan sarana jogging track di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi rusak. Kerusakan tersebut diperkirakan mencapai satu kilometer.