Selasa 05 Dec 2017 14:16 WIB

Ini Tiga Penyebab Elpiji Melon di Bogor Langka

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Endro Yuwanto
Suasana operasi pasar untuk antisipasi kelangkaan elpiji melon di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah, Selasa (5/12). Operasi pasar yang menyediakan 560 tabung gas ini dihadiri Wali Kota Bogor, Bima Arya, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Achsin Prasetyo.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Suasana operasi pasar untuk antisipasi kelangkaan elpiji melon di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah, Selasa (5/12). Operasi pasar yang menyediakan 560 tabung gas ini dihadiri Wali Kota Bogor, Bima Arya, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Achsin Prasetyo.

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Wilayah Bogor menyatakan, kelangkaan gas elpiji 3 kg (gas melon) sudah terjadi sejak pekan lalu. Hanya, baru dua hari belakangan kondisi ini booming setelah banyak laporan dari warga dan viral di media sosial.

Ketua Hiswana Migas Wilayah Bogor Bahriun, menjelaskan, ada tiga poin yang menjadi faktor utama kelangkaan. "Karena libur panjang kemarin saat Maulid Nabi, kondisi cuaca yang kerap hujan, dan masih tingginya penggunaan elpiji melon oleh pedagang, ujarnya ketika dikonfirmasi Republika.co.id, Selasa (5/12).

Libur panjang dari Jumat (1/12) sampai Ahad (3/12), disampaikan Bahriun, menyebabkan banyak warga yang mengadakan hajatan. Dari hasil kunjungan yang dilakukannya akhir pekan kemarin, terlihat bahwa belasan tabung gas digunakan dalam tiap acara.

Selain itu, lanjut Bahriun, long weekend juga menyebabkan sentra kuliner semakin ramai dikunjungi warga, termasuk wisatawan domestik maupun mancanegara. Dampaknya, penjualan meningkat dan penggunaan elpiji juga bertambah. "Pecel lele saja lima tabung sehari, tukang bakso 15 tabung per hari," ungkapnya.

Tidak kalah penting, Bahriun mengatakan, musim hujan yang intensif beberapa hari belakang membuat penggunaan gas semakin meningkat. Sebab, dengan cuaca dingin, tingkat konsumsi masyarakat bertambah termasuk untuk menyeduh kopi maupun teh.

Endro (48 tahun), salah seorang agen elpiji di Tanah Baru, Bogor Utara, sudah merasakan kelangkaan sejak sepekan belakang. "Saya nyari sampai Bubulak, Semplak. Dagangan di warung tegal pun jadi berkurang karena persediaan elpiji menurun," tuturnya.

Kelangkaan elpiji ini bukanlah pertama kalinya dirasakan Endro. Penyebabnya, ia perkirakan, bukan karena keterlambatan pasokan dari pusat ke agen, seperti informasi yang beredar. Melainkan, meningkatnya penggunaan di tengah tingginya penyelenggaraan pesta pernikahan. Tiap pesta, bisa menghabiskan lima sampai 10 tabung elpiji melon.

Kelangkaan elpiji menyebabkan antrian di agen Endro meningkat sejak pekan lalu. "Masyarakat, entah dari kabupaten ataupun kota, lanjut dia, berdatangan menanyakan keberadaan elpiji tiga kilogram," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement