REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Anak mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Ahmed Ali Saleh menuntut balas dendam atas kematian sang ayah. Balas dendam itu akan dia tujukan kepada pemberontak Houti yang mendapat dukungan dari Iran.
Niatan balas dendam tersebut, dia ungkapkan dalam sebuah siaran televisi yang yang dimiliki Pemerintah Arab Saudi. Dalam kesempatan itu dia juga mengajak seluruh pengikut setia ayahnya untuk berjuang bersama mengambil alih Yaman dari tangan milisi Houti dan Iran.
"Saya akan memimpin peperangan sampai Houti terakhir keluar dari Yaman. Darah ayahku akan menjadi neraka di telinga Iran," kata Ahmed Ali Saleh dalam siaran siaran televisi Selasa (5/12).
Ahmed Ali Saleh merupakan mantan pemimpin militer elite di Yaman. Dia dinilai sebagai satu-satunya kesempatan terakhir dari keluarganya untuk kembali mengambil pengaruh di kawasan konflik tersebut.
Sebelum kematian Ali Abdullah Saleh, Ahmed Ali Saleh merupakan seorang tahanan rumah di Uni Emirat Arab. Dia sebelumnya adalah seorang duta besar.
Pemimpin pemberontak Houthi, Abdul Malik al-Houthi mengatakan, militannya membunuh Saleh karena telah berkhianat. Ia juga mengucapkan selamat kepada orang-orang Yaman atas hari bersejarah ini yang menunjukkan gagalnya sebuah persekongkolan dan pengkhianatan.
Tanpa menyebutkan nama Saleh, Houthi mengatakan dia mengetahui komunikasi yang dilakukan oleh Saleh dengan koalisi pimpinan Arab Saudi untuk melawan kelompok Houthi. Houthi juga mengatakan, dia telah mengirim beberapa peringatan kepada Saleh
Kematian Ali Abdullah Saleh, dirayakan oleh sejumlah warga di kawasan selatan Aden. Masyarakat menyalakan kembang api untuk mengungkapkan kesenangan atas kematian tersebut. Kebencian warga dikawasan itu dipicu operasi militer dan peluncuran rudal pada 1994 allu.
Kendati, kematian Saleh dirasakan berbeda oleh masyarakat di kawasan utara Yaman. Warga merasa kehilangan dan menyimpan dendam dengan pelaku pembunuhan Saleh.