REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aliansi Kebhinekaan bekerja sama dengan Pokja Toleransi asuhan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) bersama dengan Program Studi Aqidah dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah menyelenggarakan Pengajian Sejuk bertajuk “Islam Cinta dari Murcia: Kajian Pemikiran Ibn ‘Arabi”, Selasa (5/12).
Anggota Wantimpres Sidharto Danusubroto memberikan sambutan dalam diskusi yang digelar di Ruang Theater Prof Partosentono, Fakultas Ushluhuddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah tersebut. “Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Pokja Toleransi dan Aliansi Kebinekaan, bertujuan untuk mengkaji pemikiran para filsuf Islam dan akan terus kami dukung kedepannya," ucap Sidharto dalam siaran pers, Rabu (6/12).
Dia juga menyampaikan, kegiatan ini adalah kali keempat diadakan, yang sebelumnya dilaksanakan di Universitas Indonesia, Universitas Al Azhar, dan Institut Pertanian Bogor. Menurut Sidharto, kegiatan seperti ini perlu diperbanyak dan terus dilakukan ke depannya. “Dengan mempelajari pemikiran sufi-sufi dan para filsuf Islam, kita dapat memahami bahwa Islam adalah ajaran yang penuh cinta," tutur Sidharto.
Pengajian Sejuk ini turut menghadirkan dua narasumber, yaitu dosen UIN Syarif Hidayatullah Media Zainul Bahri. “Berdasarkan kajian Ibn ‘Arabi, mencintai perbedaan itu sendiri adalah bagian dari keimanan Islam. Jika kita memaksakan keseragaman, maka kita menentang takdir Allah," katanya.
KH Agus Salim dari Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama sekaligus merupakan ketua Pokja Toleransi mengataian, Islam adalah agama yang universal dan ada banyak aspek yang perlu dipelajari untuk memahaminya. “Tuhan menciptakan manusia berbangsa-bangsa untuk sama-sama belajar mengerti dan saling kasih sayang," kata KH Agus.
Salah satu buku yang membahas pemikiran Ibn ‘Arabi mengenai Islam cinta ada di dalam Semesta Cinta: Pengantar kepada Pemikiran Ibn ‘Arabi karya Haidar Bagir. Di dalamnya menjelaskan pemikiran Ibn ‘Arabi, jadilah seluruh kehidupan manusia dan makluk-Nya di muka bumi sebagai sepenuhnya cerita cinta, dan tidak ada satupun di dalamnya yang dapat dipahami dengan tepat sekaligus benar, tanpa menggunakan perspektif cinta.