Kamis 07 Dec 2017 01:07 WIB

Kota Semarang Antisipasi Wabah Difteri

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ani Nursalikah
Petugas mempersiapkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Petugas mempersiapkan vaksin Pentabio untuk pencegahan penyakit difteri.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Satu-satunya kasus difteri ditemukan di Semarang, Jawa Tengah pada September lalu.

"Satu kasus Difteri ini ditemukan pada seorang balita di Semarang," ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) KotaSemarang, Widoyono yang dikonfirmasi di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (6/12).

Berdasarkan penelusuran riwayat pasien terungkap balita penderita tersebut belum pernah mendapatkan imunisasi difteri. Balita tersebut sudah sembuh setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Selanjutnya, sampai dengan pekan pertama Desember ini belum ada temuan baru difteri.

"Semoga ini menjadi satu-satunya kasus yang ditemukan di Kota Semarang dan tidak ada lagi penderita difteri yang ditemukan hingga akhir tahun dan di masa- masa yang akan datang," tambahnya.

Widoyono menambahkan, jika di sejumlah daerah lain di tanah air muncul kejadian luar biasa (KLB) difteri, Kota Semarang masih cukup terkendali. Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheria.

Ia juga menyampaikan, Dinkes Kota Semarang telah menentukan langkah-langkah yang harus diambil jika kasus difteri kembali ditemukan. Ketika ditemukan gejala terjangkit penyakit ini, petugas Dinkes akan segera melakukan penyelidikan epidemiologi, pengambilan swab tenggorokan kontak serta dikirim ke laboratorium di Yogyakarta untuk uji.

Khusus untuk penanganannya, petugas Dinkes Kota Semarang akan memberikan profilaksis pada kontak antibiotik eritromycin selama tujuh hari. Langkah-langkah lain yang dilaksanakan adalah sosialisasi, edukasi serta penyuluhan tentang difteri melalui layanan kesehatan masyarakat, pos pelayanan terpadu (posyandu) serta lingkungan masyarakat terkecil.

Secara klinis gejala penyakit difteri ditandai dengan sakit tenggorokan, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, hingga lemas. Secara spesifik, gejala lain yang mengikuti penderita badannya terasa panas dingin dan mudah lelah.

Saat bernapas, terasa bising atau napa spendek, saat berucap serak, otot lemas, ada pembengkakan kelenjar getah bening(pilek), hingga di bagian tenggorokan sulit menelan makanan.

Upaya pencegahannya melalui vaksin DTaP. Pengobatannya biasanya adalah antibiotik. "Secara umum hal tersebut dilakukan guna menetralkan toksin difteri yang ada di dalam tubuh penderita," jelas Widoyono.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement