REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus ikut memberikan suara terkait niatan Presiden Donald Trump yang akan mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Kelapa Negara Vatikan itu meminta, agar status quo yang disandang Yerusalem tetap dihormati.
Seperti diwartakan Reuters, Rabu (6/12) Paus mengatakan, keputusan sepihak atau perubahan status Yerusalem dapat memperburuk kondisi di timur tengah. Dia juga khawati, hal tersebut dapat menyulut konflik dunia.
"Saya membuat sebuah permohonan yang tulus sehingga semua berkomitmen untuk menghormati status quo dari kota itu sebagaimana resolusi yang sesuai dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)," kata Pemimpin Gereja Katoli ke-266 itu.
Paus Fransiskus meminta dunia untuk menghormati resolusi PBB dimana Yerusalem merpakan kota suci bagi umat Muslim, Kristani hingga Yahudi. Paus mengaku, khawatir dengan pernyataan sepihak yang dilontarkan Donald Trump yang menimbulkan polemik dalam beberapa hari terakhir.
Dia berharap, seluruh dunia agar bijaksanaa dan hati-hati dalam memutuskan status kota tersebut. Hal itu, kata dia, harus dilakukan untuk menghindari terciptanya unsur ketegangan baru ke panorama global yang sudah tersesat dan ditandai begitu banyak konflik yang kejam.
Sebelum mengeluarkan komentar, Paus lebih dulu mengadakan pertemuan tertutup dengan warga Palestina yang terlibat dalam dialog antaragama dengan Vatikan. Paus Fransiskus juga sudah berbicara dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas terkait masalah tersebut.
"Kondisi utama dialog itu adalah saling menghormati dan komitmen untuk memperkuat rasa hormat tersebut agar hak semua orang dapat terpenuhi dimanapun mereka berada," katanya.