Kamis 07 Dec 2017 05:41 WIB

Kiai Muhyiddin: Ekstremisme akan Meningkat Gara-Gara Trump

Rep: Muhyiddin / Red: Reiny Dwinanda
Presiden Donald Trump, didampingi oleh Wakil Presiden Mike Pence, memegang sebuah dokumen proklamasi yang ditandatanganinya untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel di Ruang Penerimaan Diplomatik Gedung Putih, Rabu (6/12), di Washington.
Foto: AP Photo / Evan Vucci
Presiden Donald Trump, didampingi oleh Wakil Presiden Mike Pence, memegang sebuah dokumen proklamasi yang ditandatanganinya untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel di Ruang Penerimaan Diplomatik Gedung Putih, Rabu (6/12), di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH Muhyiddin Junaidi memandang, deklarasi pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel oleh Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan ekstremisme di dunia. 

"Sudah dipastikan aksi ekstremisme akan meningkat di dunia sebagai reaksi atas kesewenang-wenangan Donald Trump," ucap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri ini.

Kiai Muhyiddin menganggap, Presiden AS Donald Trump secara jelas telah melanggar kesepakatan perdamaian tentang Yerusalem. 

Pelanggaran tersebut dilakukan Trump dengan mendeklarasikan pengakuan negaranya terhadap Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, Rabu (6/12) waktu setempat.

Selama ini, Israel dan Palestina saling mengklaim kota Yerusalem sebagai Ibu Kota mereka. Namun, menurut Muhyiddin, pengakuan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel adalah sama saja dengan mengakui penjajahan.

"Pengakuan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Isreal adalah pengakuan terhadap penjajahan dan aneksasi Zionis atas kedaulatan bangsa Palestina dan pelanggaran terhadap kesepatan PBB tentang two-state solution," jelasnya saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (6/12)

Kiai Muhyiddin pun berpendapat, para mitra AS di dunia Arab harus menyatukan sikap.

"Para mitra AS di dunia Arab harus menyatukan sikap mereka dengan usulan ke PBB supaya mengadakan pertemuan khusus membahas isu yang sangat sensitif ini," ujarnya.

Kiai Muhyiddin menyerukan umat Islam yang berjumlah 1,8 miliar di dunia untuk menyuarakan perlawanannya atas kebijakan Trump tersebut, salah satu caranya ialah dengan memboikot produk-produk AS. 

"Pemboikotan produk AS merupakan alternatif terbaik dalam melakukan penekanan secara ekonomi," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement