REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul terus melakukan rekapitulasi dampak kerugian atas adanya siklon Cempaka pekan lalu. Berdasar rekapitulasi itu, kerugian yang terjadi ditaksir hingga Rp 167 miliar.
Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto mengatakan, besaran kerugian itu didominasi akibat terjadinya kerusakan infrastruktur. "Kerusakan infrastruktur terjadi di 75 titik dengan total kerugian hingga Rp 162 miliar," katanya Kamis (7/12).
Salah satu kerusakan infrastruktur yang cukup menonjol adalah robohnya jembatan. Menurut dia, terdapat 15 jembatan yang rusak dan tak dapat difungsikan kembali. Selain itu, BPBD mencatat terdapat 22 talud atau dinding penahan aliran air yang ambrol.
"Untuk rekapitulasi rumah yang rusak, totalnya terdapat 178 rumah dan 168 hektare lahan pertanian yang juga terdampak banjir tersebut," ujar Dwi. Pascabencana ini, ia mengakui bahwa perbaikan infrastruktur menjadi fokus utama sebagai langkah pemulihan.
Hingga Kini BPBD terus mengumpulkan data tentan rumah-rumah penduduk yang rusak parah untuk mendapatkan bantuan. menurut dia, pendataan ini dilakukan secara ketat dan selektif untuk memastikan bantuan nontunai yang dialokasikan dari Biaya Tak Terduga (BTT) milik BPBD dapat disalurkan dengan tepat sasaran.
"Bantuan yang diberikan berupa bahan bangunan yang dapat digunakan untuk membangun kembali rumahnya. Namun bantuanya hanya bersifat subsidi, mengingat alokasi BTT yang tersedia hanya Rp 7 miliar," ucapnya.
Berdasar data BPBD, total jumlah masyarakat Bantul yang terkena dampak adalah 17.112 jiwa di 17 kecamatan dan 71 desa. Beberapa sarana pendidikan dan kesehatan di Bantul pun tak luput dari terjangan Siklon Cempaka.