REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Kelompok pemberontak al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP) mengecam keputusan Amerika Serikat yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Mereka juga meminta para petempurnya merapatkan barisan guna mendukung warga Palestina.
Presiden AS Donald Trump pada Rabu membalikkan kebijakan AS yang telah berjalan beberapa dasawarsa, dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dalam pernyataan yang dimuat oleh kelompok pemantau SITE dari AS, AQAP yang bermarkas di Yaman mengatakan, bahwa keputusan Trump adalah hasil dari apa yang dikatakan sebagai "langkah normalisasi" antara sejumlah negara Teluk Arab dan Israel.
"Ini juga merupakan tantangan nyata bagi dunia Muslim yang menyaksikan perjuangan Palestina," kata kelompok tersebut.
"Dalam memandang peristiwa yang serius ini, kami berdiri di samping warga Palestina dan mendukung mereka dengan segala yang kami miliki," tambahnya.
Kepada para petempur, kelompok tersebut meminta mereka untuk merapatkan barisan, bersiap mendukung Palestina dan mendesak umut Muslim untuk memberikan bantuan dengan uang dan senjata. "Jika Anda tidak bergerak, di masa yang akan datang tempat suci dan kiblat Muslim, Makkah, akan dijual dan kalian tidak akan menemukan seorang pun yang dapat mempertahankannya," katanya.
AQAP, yang dibentuk pada 2009 dengan menggabungkan al-Qaida Saudi dan Yaman, dianggap oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai salah satu jaringan kelompok paling berbahaya yang didirikan oleh Osama bin Laden.
Amerika Serikat telah berulang kali melakukan serangan dengan pesawat nirawak terhadap anggota dan pemimpin kelompok tersebut, yang mendirikan markas utamanya di sebuah daerah terpencil di Yaman selatan.