REPUBLIKA.CO.ID, KULON PROGO -- Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memperkirakan kerugian tanaman pangan akibat bencana banjir beberapa waktu lalu lebih dari Rp 2,310 miliar.
Kasi Serelia Bidang Tanaman Pangan Dipertan Kulon Progo, Wazan Mudzakir di Kulon Progo, Jumat (8/12) mengatakan berdasarkan data yang sudah masuk per 6 Desember 2017, total tanaman padi yang dinyatakan puso seluas 340,8 hektare dari total yang tergenang seluas 538 hektare.
"Tafsiran kerugian sementara tanaman padi sebesar Rp 2,310 miliar. Nilai ini kemungkinan akan bertambah karena masih ada 197 hektare yang berpotensi puso," kat Wazan.
Ia mengatakan kerugian ini belum termasuk kerusakan infrastruktur pertanian, seperti kerusakan jarian tersier dan sekunder. Hal ini disebabkan menjadi tanggung jawab bidang pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP).
"Kerugian infrastruktur pertanian dihitung oleh DPUPKP dan BPBD. Penangananya dilakukan oleh dua OPD tersebut, dan tanggung jawab kami menginventasisari kerugian tanaman pangan," katanya.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo Tri Hidayatun mengatakan pada hari pertama hujan deras dengan intensitas tinggi, Selasa (28/11), luas tanaman padi yang terendam seluas 1.568,10 hektare, 29 November menyusut menjadi 1.463,20 hektare, 30 November menyusut lagi menjadi 1.424,70 hektare, dan 4 Desember 551 hektare.
Kemudian, rincian luas tanaman padi yang terendam tersebar di delapan kecamatan. Adapun luasan tanaman padi yang tergenang banjir setiap kecamatan, yakni Kecamatan Galur yang terendam banjir 401,5 hektare dan puso 107 hektare, Kecamatan Lendah seluas 324,75 hektare, tidak ada puso. Kemudian Kecamatan Panjatan luas lahan terendam banjir 818 hektare dan puso 99 hektare.
"Luas tanaman padi yang terenam banjir dan puso paling parah di Kecamatan Galur dan Panjatan. Setiap tahun, wilayah ini selalu tergenang banjir saat ada hujan deras dengan intensitas tinggi," katanya.