REPUBLIKA.CO.ID, MEKKAH -- Jabal al-noor atau gunung cahaya adalah salah satu bukit paling terkenal di dunia. Ada sejarah penting yang menyelimutinya secara sakral. Di sana, ayat-ayat pertama Alquran diturunkan dan dibacakan kepada Nabi Muhammad SAW. Gua yang terdapat di puncak bukit menjadi saksi sejarahnya.
Malaikat Jibril muncul di hadapan Muhammad dan memintanya untuk membaca. Kejadian yang menjadi titik awal peradaban Islam itu terjadi pada bulan Ramadhan tahun 610 Masehi.
"Bacalah! Atas nama Tuhanmu yang telah menciptakan," Jibril membacakan ayat Alquran pertama pada Muhammad. Ia gemetar hebat. Pria 40 tahun itu tidak tahu apa-apa soal membaca dan menulis. Ayat itu dirasakannya bergema dan mengguncang dunia. Ayat ini, kemudia jadi pengubah jalannya sejarah manusia dan membawa pada peradaban terbesar yang pernah dibangun di atas Bumi.
Jabal al-noor terletak di pinggiran kota Makkah dan memiliki tempat istimewa di hati umat Muslim. Ia menjadi daya tarik utama bagi peziarah dari seluruh dunia, baik dalam ibadah haji maupun umrah. Gunung yang terletak sekitar lima kilometer dari Masjidil Haram itu mendapatkan namanya pertama kali dari orang-orang pagan Arab. Sekitar 1.450 tahun lalu, mereka menamainya gunung bercahaya.
Para peziarah yang datang biasanya mendaki bukit curam ini agar bisa menginjakan kaki di gua Hira. Muhammad sering kali berada di sana untuk meditasi atau menenangkan diri sebelum masa kenabian. Bukit ini tingginya tidak mencapai 640 meter. Meski demikian, mendakinya sangat berat dan membutuhkan waktu hampir dua jam agar bisa mencapai puncak.
Sementara gua Hira hanya sebuah gua kecil yang panjangnya kurang dari empat meter dengan lebarnya sekitar satu setengah meter. Hanya cukup untuk lima orang duduk. Jalan menuju kaki gunung pun cukup sempit sehingga lalu lintasnya sering terhambat. Banyak pengunjung kecewa karena pihak berwenang setempat tidak memperbaikinya. Padahal gunung ini adalah magnet kuat bagi umat Islam.
Seorang peziarah asal Pakistan, Mohammed Arshad mengatakan jalan menuju Jabal al-noor sering kali macet. Ia sangat menyayangkan hal tersebut.
"Jabal al-noor adalah salah satu situs sejarah terpenting di Makkah, kami harap pemerintah Saudi akan lebih memperhatikannya," kata dia dilansir di Saudi Gazette, Jumat (8/12). Arshad mendesak pihak berwenang lebih mempermudah akses.
Seperti memperluas jalan dan membangun tempat parkir layak juga luas bagi pengunjung. Penduduk distrik dekat bukit mengatakan banyak bus besar pembawa ziarah kesulitan masuk wilayah.
"Bus-bus itu tidak bisa menemukan tempat parkir sehingga biasanya mereka menepi di depan rumah kami dan ini jadi masalah bagi warga," kata dia. Kondisi seperti ini telah terjadi bertahun-tahun.
Mendaki gunung bukanlah perkara mudah. Perlu waktu panjang bahkan untuk orang sehat sekali pun. Perlu banyak energi dan daya tahan tubuh yang dikorbankan. Banyak orang yang akhirnya menyerah duduk di kaki bukit karena tak mampu memanjat lebih jauh.
Penduduk ingin pihak berwenang, khususnya Komisi Pariwisata dan Warisan Budaya Saudi untuk segera memperbaiki sistem dan merawat bukit. Seperti membangun sarana transportasi modern, contohnya mobil kabel agar peziarah bisa mencapai puncak tanpa kesulitan.
Walikota Mekkah, Osama Al-Bar menyampaikan pemerintah telah berupaya. Salah satunya dengan menjaga kebersihan wilayah. Ia mengakui ada rencana pengembangan dekat bukit, seperti membangun pusat informasi pengunjung. Namun proyek ini belum jelas realisasinya. Selain masalah akses, kehadiran sejumlah besar pengemis juga menjadi momok tersendiri. Ini menciptakan citra buruk terhadap situs suci ini.
Para pengemis termasuk lansia, orang buta, orang lumpuh dan lainnya. Beberapa orang imigran ilegal pun tampak berkeliaran menawarkan jasa pelayanan bagi yang ingin mendaki. Entah mengapa, Jabal al-noor seperti bukit yang jauh dari gemerlap. Tidak seperti situs suci lainnya yang dikepung oleh fasilitas-fasilitas mewah.
Yang membedakan Jabal Al-Noor dari gunung lainnya adalah puncak mahkotanya yang tampak aneh. Ini membuatnya terlihat seperti dua gunung di atas satu sama lain. Puncak gunung adalah salah satu tempat yang paling sepi. Di dalam gua yang menghadap ke arah Ka'bah, terasa sangat sepi.
Seseorang akan bertanya-tanya bagaimana Nabi bisa mendaki gunung yang curam ini berkali-kali dan tinggal di atas selama beberapa hari. Padahal kondisi iklim Arab tidak menguntungkan pada saat itu.
"Sungguh menakjubkan jika mengingat pengorbanan yang dilakukan oleh Khadijah, istri Muhammad yang mendaki gunung untuk mengantar bekal kepada suaminya setidaknya sekali sehari selama masa pengasingannya di dalam gua," kata pengunjung.