Sabtu 09 Dec 2017 13:02 WIB

Ketua Kwarnas Pramuka Ajak Masyarakat Doakan Palestina

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Andi Nur Aminah
Adhyaksa Dault - Ketua Kwarnas Pramuka
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Adhyaksa Dault - Ketua Kwarnas Pramuka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka, Adhyaksa Dault mengaku sedih saat mengetahui kebijakan Amerika Serikat yang mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel. Dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, ia mengajak masyarakat menyisihkan waktunya untuk mendoakan rakyat Palestina.

"Saya sangat sedih mendengar keputusan itu. Saya mengecam keras keputusan sepihak itu. Mari semua sisihkan sedikit waktu kita untuk mendoakan rakyat Palestina. Kita sedikit sisihkan waktu kita untuk shalat Tahajud dan memanjatkan doa untuk Palestina," ujar Adhyaksa Dault di Jakarta, Jumat (8/12).

Ia menegaskan, tidak ada satupun kekuatan yang mampu menembus dinding takdir kecuali kekuatan doa. Ia juga mengungkapkan, pernah kedatangan salah satu menteri Palestina. Ketika itu, ia mengaku sangat tersentuh dengan cerita menteri tersebut.

"Rumah saya pernah kedatangan Dr Maryam, salah seorang menteri di Palestina. Ia bercerita banyak tentang kondisi Palestina. Ia juga mengajak saya untuk mensyukuri nikmat Allah karena Indonesia adalah negara yang indah dan damai," ucap Adhyaksa.

Ia memaparkan, negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik Indonesia adalah Palestina dan Mesir. Adhyaksa mengecam keras keputusan sepihak Amerika Serikat yang mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota Israel.

Menpora Periode 2004-2009 ini meneruskan, keputusan sepihak tersebut setidaknya menimbulkan dua dampak. Pertama, melanggar resolusi Dewan Keamanan dan Mejelis Umum PBB, yang Amerika Serikat adalah anggota tetapnya. Kedua, menurutnya keputusan ini bisa memicu kekacauan dan memanaskan situasi dunia internasional. Sebab, dengan menjadikan Yerussalem sebagai Ibu Kota berarti sama saja dengan menjadikan Yerussalem secara keseluruhan di bawah hegemoni Israel, dan mementahkan upaya perdamaian.

Karena itu, Pramuka mendukung sikap tegas pemerintah Indonesia terhadap keputusan Amerika Serikat yang mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota. Saya rasa, Bapak Presiden juga perlu meminta Presiden Donal Trump untuk mempertimbangkan keputusannya itu, harap Adhyaksa. "Pramuka ini kegiatan internasional. Tidak hanya ada di Indonesia, kita memiliki anggota terbesar di dunia, papar Adhyaksa.

Gerakan Pramuka sangat diperhitungkan di dunia. Organisasi ini satu-satunya organisasi kepanduan dari 162 NSO anggota World Organization of Scout Movement (WOSM) yang memiliki anggota terbesar di dunia, yakni 17.200.595 anggota (berdasarkan data Munas 2013 atau 21.842.404 anggota (berdasarkan data WOSM 2017).

Dari 109 juta generasi muda di Indonesia, 21,8 juta di antaranya adalah anak pramuka. Rasionya 1:5. Artinya, satu dari lima anak muda Indonesia adalah Pramuka. Setelah Indonesia, organisasi kepanduan yang memiliki anggota terbesar adalah Hongkong dan Bhutan. Namun, perbandingannya masih jauh, yakni rasionya 1:17. Artinya, dari 17 anak muda di Hongkong, 1 di antaranya anggota Pramuka.

Adhyaksa memaparkan, Gerakan Pramuka selalu hadir dan membantu masyarakat di lokasi bencana. Bahkan, tidak hanya di dalam negeri, Gerakan Pramuka juga mengirimkan anggotanya saat bencana kelaparan di negara-negara Afrika, seperti Somalia, Sudan, Sudan Selatan, Kenya, Ethiopia, Afrika Tengah, Uganda, Kongo, Angola, Nigeria, dan Palestina.

Pramuka juga hadir di Rakhine State, Myanmar untuk mendistribusikan bantuan kepada para pengungsi Rohingya. Jauh sebelum aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya kembali mencuat di media massa, Kwarnas sudah beberapa kali menyalurkan bantuan untuk pengungsi Rohingya, pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement