REPUBLIKA.CO.ID, Bergelimang harta benda dapat menggoda manusia untuk terus tenggelam dalam kesenangan duniawi. Karena itu, apabila mencintai seorang hamba, maka Allah SWT akan menimpakan kepadanya berbagai penderitaan dunia. Kemudian memberinya sifat qanaah dan ketegaran, seraya menguatkan cita-citanya untuk memperoleh kenikmatan surga yang abadi.
Dikutip dari Ensiklopedia Alquran bahwa Nabi Musa AS adalah seorang fakir. Layaknya sebagian besar utusan Allah SWT, kehidupan Nabi Musa AS juga serba kekurangan. Abu SA’id al-Khudzri ra meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa Nabi Musa AS pernah berkata kepada Allah SWT, “Duhai Tuhanku, mengapa hamba-Mu yang beriman Kau sengsarakan di dunia?” Maka sebuah pintu surga dibuka untuk Musa sehingga ia dapat melihatnya. Kata Allah SWT, “Wahai Musa, inilah yang Kupersiapkan untuknya.”
Musa berkata, “Duhai Tuhanku. Demi keperkasaan dan keagungan-Mu, seandainya ia memiliki kekayaan dunia sejak Engkau menciptakannya sampai hari Kiamat, dan ini adalah tempat kembalinya , maka seolah-olah ia tidak pernah mengenal kebaikan sedikit pun.”
Ibnu Abbas meriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa sebuah kisah tentang dua orang mukmin yang bersahabat, seorang di antaranya miskin dan yang kedua kaya raya. Dua orang mukmin itu bertemu di depan pintu surga. Mukmin yang fakir dimasukkan ke surga, sementara yang kaya ditahan (dilarang masuk surga sehingga kekayaan dan apa yang diperbuat dengan hartanya dihisab) sekehendak Allah SWT, kemudian dimasukkan ke dalam surga.
Lalu mukmin yang fakir menemuinya dan bertanya, “Wahai saudaraku, apa yang membuatmu tertahan? Demi Allah engkau ditahan, sehingga aku menkhawatirkanmu.” Mukmin yang kaya menjawab, “Wahai saudaraku, aku tertahan sesudahmu di tempat penahanan yang buruk. Aku tidak bisa sampai kepadamu hingga keringatku mengalir deras, yang seandainya keringat itu diminum seribu unta yang seluruhnya memakan tumbuh-tumbuhan yang asam rasanya, niscaya akan mencukupi.”
Unta memakan tumbuh-tumbuhan yang asam rasanya akan mengalami kehausan luar biasa, sehingga meminum air dengan jumlah besar. Itulah kekayaan menyengsarakan yang dikira banyak orang sebagai nikmat. Sampai-sampai mereka dengki kepada orang yang memiliki ‘kesengsaraan’ tersebut.