Ahad 10 Dec 2017 04:17 WIB

Rasulullah Tertawa Saat Badui Tanyakan Tawaran Dajjal

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Dajjal/ilustrasi
Foto: conmedisys.com
Dajjal/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sesungguhnya penghuni surga berbicara dalam bahasa Nabi SAW. Beliau berbicara dengan mencakup seluruh maksud pembicaraan, tidak kelebihan dan tidak pula kekurangan. Sebagian  pembicaraannya mengikuti pembicaraan yang lain. Di antara perkataannya diselingi dengan berhenti agar dihafal dan dimengerti oleh pendengarnya.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling fasih bicaranya dan paling manis kata-katanya. Beliau bersabda, “Aku adalah orang Arab yang paling fasih.”

Dikutip dari buku yang berjudul ‘Mutiara Ihya’ Ulumuddin’ karya Al-Ghazali bahwa Rasulullah SAW tidak berbicara dalam keadaan sedang senang dan marah kecuali yang benar. Beliau adalah orang yang paling banyak tersenyum dan yang paling baik jiwanya selama tidak sedang diturunkan kepadanya Alquran, menyebut hari kiamat, atau berkhutbah menyampaikan pengajaran.

Pada suatu hari, seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah SAW, sedangkan saat itu warna muka Beliau berubah dan tidak ada seorang sahabat pun memahaminya. Orang Arab Badui itu ingin bertanya kepada Rasulullah SAW tetapi para sahabat berkata, “Jangan engkau lakukan, wahai orang Arab Badui, karena warna muka Beliau sedang berubah.” Orang Arab Badui itu menjawab, “Biarkanlah aku.  Demi Allah yang mengutusnya dengan kebenaran sebagai nabi, aku tidak akan meninggalkannya hingga Beliau tersenyum.”

Selanjutnya orang Arab Badui itu berkata, “Wahai Rasulullah, telah sampai kabar kepada kami bahwa Al-Masih Ad-Dajjal akan datang kepada manusia dengan membawa roti kuah, sementara manusia telah binasa karena kelaparan. Bagaimana menurutmu demi bapakku, engkau dan ibuku, apakah aku harus meninggalkan roti kuah itu sebagai sikap menjaga kesucian dan kebersihan diri sehingga aku binasa karena kurus? Atau, aku harus mengambil roti kuah itu sehingga apabila telah memperoleh rasa kenyang, aku beriman kepada Allah dan kufur terhadap Al-Masih ad-Dajjal?”

Maka, Rasulullah SAW tertawa sehingga tampak gigi gerahamnya. Kemudian beliau berkata, “Tidak, tetapi Allah akan mencukupkan sesuatu yang mencukupkan orang-orang Mukmin.”

Apabila Rasulullah SAW menghadapi suatu urusan, maka Beliau menyerahkan urusan itu kepada Allah. Beliau membebaskan dirinya dalan urusan itu kepada Allah. Beliau membebaskan dirinya dalam urusan itu dari daya dan kekuatan, Beliau memohon turunnya petunjuk dari Allah. Beliau mengucapkan:

“Ya Allah, tunjukkanlah padaku kebenaran itu sebagai kebenaran, lalu aku mengikutinya. Tunjukkanlah padaku kemungkaran itu sebagai kemungkaran, lalu berilah aku (kekuatan) untuk menjauhinya. Lindunginlah aku dari perkara yang samar bagiku, lalu kami mengikuti hawa nafsu tanpa mendapatkan petunjuk dari-Mu. Jadikanlah hawa nafsuku mengikuti ketaatan kepada-Mu. Ambillah keridhaan diri-Mu dari diriku dalam kesehatan. Tunjukkanlah aku kebenaran pada hal-hal yang masih dipertentangkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk kepada orang yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement