REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pemimpin paramiliter syiah Irak Asaib Ahl al-Haq, Qais al-Khazali, yang didukung Iran telah mengunjungi perbatasan Lebanon-Israel, dengan didampingi militan Hizbullah, pada Sabtu (9/12). Dalam sebuah rekaman video yang beredar luas di media sosial, Khazali menyatakan kesiapannya untuk berdiri bersama orang-orang Lebanon dan Palestina.
Seorang komandan aliansi antara Hizbullah, Iran, dan Rusia, yang berbicara secara anonim, mengatakan Khazali didampingi oleh perwira dari Asaib Ahl al-Haq dan mengunjungi seluruh wilayah perbatasan Lebanon dengan wilayah Palestina yang diduduki.
Dalam video tersebut, seorang komandan tidak dikenal, yang diduga berasal dari Hizbullah, menunjuk pos terdepan militer di Israel utara. Ia menjelaskan kepada Khazali, pos itu telah terkena rudal Hizbullah dalam konfrontasi antara kelompok tersebut dan Israel.
"Kami sekarang berada di perbatasan yang memisahkan Lebanon selatan dengan wilayah Palestina yang diduduki, bersama saudara-saudara kita di Hizbullah, dan mengumumkan kesiapan penuh untuk berdiri bersatu melawan penjajahan Israel," kata Khazali dalam video tersebut.
Kunjungannya di perbatasan kemungkinan akan dilihat oleh Timur Tengah sebagai perluasan pengaruh yang dilakukan oleh Teheran. Hal ini tentu saja dapat menambah ketegangan di Lebanon, yang telah terjebak dalam persaingan regional antara Iran dan Arab Saudi.
Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan, kunjungan pemimpin paramiliter berseragam telah melanggar hukum Lebanon. Dia telah menginstruksikan kepala keamanannya untuk mencegah seseorang melakukan kegiatan militer di wilayahnya untuk mencegah tindakan ilegal. Ia juga telah melarang Khazali untuk memasuki negaranya.
Lebanon masih dalam pemulihan dari krisis terjadi sebulan yang lalu, ketika Hariri mengumumkan pengunduran dirinya saat berkunjung ke Arab Saudi. Ia menuduh Hizbullah telah mencampuri konflik regional dan melanggar kebijakan non-intervensi Lebanon.
Hariri kembali ke Lebanon dua minggu kemudian dan menarik keputusan pengunduran dirinya pekan lalu. Setelah itu pemerintahnya menegaskan kembali kebijakan non-intervensi.
Hizbullah, kelompok Syiah bersenjata yang bertarung secara terbuka di Suriah sebagai sekutu Iran, melakukan pembagian kekuasaan dengan Hariri di Lebanon. Sementara Hariri adalah seorang politikus Sunni yang memiliki hubungan bisnis dan politik yang mendalam dengan Arab Saudi.
Pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah mengatakan pada Juni lalu, perang masa depan yang dilakukan oleh Israel terhadap Suriah atau Lebanon dapat menarik militan dari Iran dan Irak.