REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sudah hampir dua pekan, Dwiastuti (40 tahun) kesulitan mendapatkan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) tiga kilogram (kg). Kelangkaan tersebut membuatnya dengan sangat terpaksa membeli gas LPG 12 kg.
"Tabungnya pinjam ke tukang gas. Kalau beli kan mahal sekali," kata warga Kelurahan Antapani Tengah, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, Senin (11/12).
Untuk mendapatkan gas LPG 12 kg, Dwiastuti pun harus merogoh kocek Rp 155 ribu. Ia mengaku sangat terpaksa membeli gas tersebut. Namun jika tak membeli ia tak bisa masak. " Sebenarnya sangat terpaksa. Tapi nggak ada pilihan. Sudah dua minggu keliling cari gas 'melon' nggak dapat-dapat. Ya, terpaksa yang 12 kilogram pun dibeli," ujar ibu rumah tangga beranak dua ini.
Keluhan serupa juga disampaikan Samsudin (58 tahun). Penjual nasi goreng di kawasan Jalan Arcamanik Endah, Kecamatan Arcamanik, tersebut sudah seminggu tak mendapatkan gas LPG tiga kg. Untuk tetap berjualan ia pun beralih ke gas LPG tabung warna ungu (Bright Gas). Untuk mendapatkan gas elpiji jenis ini pun ia harus keliling. "Kalau nggak ada gas tidak bisa jualan. Saya terpaksa beli gas 'tabung ungu' dengan harga mencapai Rp 50 ribu lebih," kata dia.
Samsudin berharap persoalan kelangkaan gas tiga kg bisa segera diatasi. Jika terus menerus seperti ini, imbuh dia, akan mematikan usaha kecil seperti dirinya. " Semoga pemerintah mengambil langkah untuk atasi ini," kata dia yang sudah berjualan nasi goreng sejak tahun 2000.