REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Utusan PBB untuk Libya Ghassan Salame pada Ahad (10/12) menyampaikan kekhawatiran dengan luasnya pelanggaran hak asasi manusia di negara yang dicabik perang itu, tempat ratusan warga sipil telah tewas dan cedera tahun ini.
Salame, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB dan Kepala Misi Pendukung PBB di Libya (UNSMIL) mengatakan di dalam satu pernyataan pelecehan hak asasi manusia dilakukan dalam skala yang mengkhawatirkan, tanpa pertanggung-jawaban atau proses yang semestinya di Libya.
Pernyataan tersebut dikeluarkan untuk memperingati 70 tahun pengesahan Deklarasi Universal mengenai Hak Asasi Manusia oleh Sidang Majelis Umum PBB. "Di Libya, tahun ini saja, penembakan yang membabi-buta di daerah permukiman, serangan udara dan bahan peledak secara tragis telah menewaskan atau melukai sedikitnya 365 orang Libya, termasuk 79 anak kecil," kata Salame.
"Empat-belas instalasi kesehatan diserang, sehingga membahayakan keselamatan dokter, pasien serta sistem perawatan kesehatan yang lemah," kata Salame.
UNSMIL juga mendokumentasikan 201 pembunuhan, terutama penghukuman mati orang yang ditahan oleh kelompok bersenjata, yang terus secara tidak saha menawan ribuan orang, sementara penyiksaan dilakukan secara sistematis dan kematian dalam tahanan terjadi secara rutin.
Salame juga mengatakan 24 kasus serangan, perwalian atau penahanan secara tidak sah, penyksaan dan ancaman terhadap wartawan, pegiat serta orang lagi telah dicatat. "Saya mengucapkan selamat kepada penganjur dan pembela hak asasi manusia yang berani di Libya yang bekerja setiap hari, kadangkala dalam kondisi menyedihkan, untuk memajukan hak asasi manusia di seluruh negeri mereka," katanya.
Utusan PBB tersebut menambahkan imigran gelap yang terdampar di Libya menjadi korban penyelundupan manusia, pelecehan seksual, tenaga kerja paksa dan pembunuhan. "Saya mendesak semua orang Libya agar bangkit demi hak asasi manusia dan buat nilai-nilai yang meletakkan landasan buat Libya yang lebih aman, lebih adil dan lebih baik. Kalian akan mendapati PBB mendukung kalian," kata Salame.
Libya telah menderita akibat kerusuhan dan kekacauan setelah aksi perlawanan 2011, yang menggulingkan penguasa lama Libya, Muammar Gaddafi.