REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir, Abdel Fatah al-Sisi bertemu dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, Senin (11/12), waktu setempat. Al Arabiya, Selasa (12/12) melaporkan, pertemuan dua pemimpin ini dalam rangka membahas keamanan Timur Tengah, khususnya setelah Donald Trump mengklaim Yerusalem adalah milik Israel. Klaim tersebut telah ditentang baik Mesir maupun Palestina sejak masih menjadi wacana.
Mesir menilai, status Yerusalem harus ditentukan dengan memerhatikan aspek legal internasional dan historis serta melalui perundingan damai. Di samping itu, perjuangan rakyat Palestina juga tidak dapat diabaikan, khususnya dalam mewujudkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara tersebut. Sebagai informasi, sejak resolusi 4 Juni 1967, Yerusalem Timur merupakan ibu kota resmi Palestina.
Senada dengan itu, Abbas menilai Palestina selalu suportif dalam setiap upaya perundingan damai. Namun, lanjut dia, langkah terkini presiden Amerika Serikat (AS) itu jelas mempersulit terwujudnya perdamaian di Timur Tengah. Karena itu, Abbas mempertanyakan kemampuan AS dalam memediasi kesepakatan damai antar pihak-pihak yang bertikai.
Belum lama ini, rencana kunjungan wakil presiden AS, Mike Pence, ditolak sejumlah pemuka agama Islam dan Kristen di Timur Tengah.