REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wisatawan Cina yang menikmati panorama alam serta keunikan seni dan budaya Bali sebanyak 1.288.422 orang selama sepuluh bulan periode Januari-Oktober 2017. Jumlah wisatawan asal Cina ke Bali itu meningkat 468.077 orang atau 57,06 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 820.345 orang.
"Masyarakat Cina yang datang ke Bali itu sebagian besar lewat Bandara Ngurah Rai Bali, dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya, hanya 157 orang melalui pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri, di Denpasar, Selasa (12/12).
Subadri menyebutkan, kunjungan wisatawan Cina ke Bali menempati peringkat teratas yang mampu memberikan andil sebesar 25,66 persen dari total wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali sebanyak 5,02 juta orang selama sepuluh bulan pertama tahun 2017, meningkat 948.917 orang atau 23,30 persen, karena periode yang sama tahun sebelumnya hanya menerima 4,07 juta orang.
Setelah Cina, disusul kunjungan wisatawan Australia memberikan kontribusi 18,76 persen, Jepang 4,46 persen, India 4,43 persen, Inggris 4,26 persen, Amerika Serikat 3,27 persen, Prancis 3,23 persen, Jerman 3,18 persen, Korea Selatan 3,13 persen, dan Malaysia 2,84 persen.
Sepuluh negara terbanyak memasok turis ke Bali sebagian besar mengalami peningkatan yang signifikan, hanya dua negara yang mengalami penurunan, yakni Australia 1,36 persen dan Malaysia 0,08 persen.
Subadri menjelaskan, peningkatan kunjungan turis Cina ke Bali sejak beberapa tahun belakangan ini berkat berbagai faktor, salah satunya semakin baik hubungan kerja sama antara Pemerintah China dengan Indonesia khususnya Bali. Selain itu, juga berkat terobosan yang dilakukan perusahaan penerbangan nusantara, yakni Garuda Indonesia dengan memusatkan perhatiannya terhadap jalur penerbangan Cina-Denpasar, Bali pergi-pulang (PP).
Dengan adanya angkutan udara relatif lancar menyebabkan angka peningkatan kunjungan turis asing asal China ke Bali meningkat cukup signifikan.
Konsul Jenderal Cina di Bali Hu Yinquan dalam kesempatan terpisah mengatakan, pihaknya mempromosikan pariwisata Bali kepada warganya karena kemiripan seni dan budaya antara Bali dengan Cina. Ia mengaku melakukan promosi pariwisata kepada warganya agar berlibur ke Bali, sebab Pulau Dewata memiliki banyak objek wisata dan seni budaya yang perlu dikunjungi masyarakat Cina.
Menurut diplomat yang bertugas di Bali sejak tahun 2015 itu, Bali memiliki kemiripan seni dan budaya dengan Cina, karena itu ada semacam kewajiban bagi masyarakat Cina untuk berkunjung ke Bali.
"Hal itu sudah kami sampaikan kepada pemerintahan kami di Tiongkok, termasuk potensi daerah maupun produksi yang berpeluang dipasarkan di Bali maupun Indonesia," ujarnya.
Gubernur Bali Made Mangku Pastika menambahkan, pihaknya segera mengundang para konsul jenderal negara-negara sahabat untuk menyampaikan kondisi Pulau Dewata terkait erupsi Gunung Agung, di Kabupaten Karangasem. Hal itu diharapkan bisa dilakukan Kamis (14/12), termasuk Konjen Cina dapat hadir bersama dengan negara-negara lainnya yang mengeluarkan travel warning dan travel advice.
Gubernur Pastika khawatir jika larangan wisatawan asal Cina ke Bali benar-benar berlaku hingga 31 Januari 2018, mengingat wisatawan Negeri Tirai Bambu itu menduduki posisi teratas kunjungan ke Pulau Dewata.
"Jika sampai 31 Januari mereka dilarang ke Bali, ya, habislah kita. Mudah-mudahan ini tidak terjadi," ujar Gubernur Pastika.