Rabu 13 Dec 2017 05:58 WIB

Buku Ini Konon Dibenci Hitler dan Disukai Gandhi

Rep: Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Patung lilin Mahatma Gandhi, salah satu koleksi di wax museum 'Alive Star Ancol'
Foto: Republika/Hazliansyah
Patung lilin Mahatma Gandhi, salah satu koleksi di wax museum 'Alive Star Ancol'

REPUBLIKA.CO.ID, Buku berjudul "The Story of Ferdinand" awalnya ditulis sebagai bacaan anak-anak. Pengarangnya menulis manuskrip dengan terburu-buru agar dibuatkan ilustrasi oleh temannya yang seniman. Walau terkesan tak sempurna dalam proses pembuatannya, namun buku ini justru masuk dalam jajaran buku terlaris dan menjadi pedoman budaya.

Pemimpin Jerman Adolf Hitler dan pemimpin Spanyo Fransisco Franco melarang peredaran buku itu. Namun, pemimpin lain seperti Mahatma Gandhi, Franklin de Roosevelt, dan Eleanor Roosevelt justru mengaguminya.
 
 Buku itu diterbitkan pada 1936. Di dalamnya terdapat kisah seekor banteng yang mengendus-endus bunga. Buku ini ditulis oleh Munro Leaf dan diilustrasikan oleh Robert Lawson. "The Story of Ferdinand" dianggap sebagai sastra klasik anak-anak Amerika. Hanya saja, buku itu tak pernah dicetak lagi.
 
"The Story of Ferdinand kini menjadi basis film animasi berjudul "Ferdinand". Film ini akan mulai diputar Jumat depan di bioskop. Karakter utama film ini adakan disuarakan oleh aktor pegulat John Cena. Meski ada penambahan karakter baru, plot twist, dan beberapa bumbu humor, film ini tetap mempertahankan pesan untuk tetap setia pada diri sendiri.
 
Skenario film ini ditulis oleh Tim Federle. Ia merupakan penulis buku anak-anak yang banyak memenangkan penghargaan. "Cerita yang menarik bahwa orang bisa memproyeksikan fantasi mereka sendiri," kata Tim.
 
Leaf menulis "The Story of Ferdinand" dalam waktu kurang dari satu jam. Ketika itu hujan turun dan Leaf ingin memberikan hadiah kepada Lawson. Mengingat bahwa ada ribuan cerita tentang anjing, kelinci, tikus, atau kambing, Leaf memilih untuk bercerita tentang seekor banteng asal Spanyol bernama Ferdinand.
 
Leaf dinilai sebagai penulis yang ideal. dalam tradisi buku bergambar, dia mampu menyajikan bacaan yang sederhana namun mampu mewadahi ruang imajinasi anak dan seniman. Gambar hitam putih karya Lawson melengkapi karya apik itu. Ia juga menambahkan unsur komedi di dalamnya.
 
Leaf bersikeras telah menulis kisah tentang banteng yang lembut untuk menghibur anak-anak. Namun, dalam satu wawancara dengan New York Times, ia mengatakan keengganan Ferdinand terhadap kekerasan hanya manifestasi selera dan kekuatan karakter yang baik.
 
Leaf dan Lawson berkolaborasi dalam dua buku lainnya, termasuk "Wee Gillis," pemenang Caldecott Honor pada 1939. "Kisah Ferdinand" tidak pernah memenangkan penghargaan, namun tetap menjadi favorit abadi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement