Rabu 13 Dec 2017 13:50 WIB

AS: Suriah Masa Depan tanpa Assad

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Rucheidi resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Senin (20/11).
Foto: Mikhail Klimentyev, Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Suriah Bashar Assad di kediaman Bocharov Rucheidi resor Laut Hitam Sochi, Rusia, Senin (20/11).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai Presiden Suriah Bashar al-Assad tak lagi memiliki harapan untuk tetap memimpin negaranya di masa mendatang. Menurut AS, masa depan Suriah akan ditentukan dan diputuskan oleh rakyat Suriah sendiri.

Hal ini diungkapkan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert. Ia mengungkapkan, saat ini AS masih tetap berkomitmen untuk melanjutkan Konferensi Jenewa yang disponsori PBB untuk menyelesaikan krisis dan perang sipil di Suriah.

"Dan kami percaya masa depan Suriah tidak akan mencakup Bashar al-Assad, tapi ini akhirnya terserah kepada rakyat Suriah dan para pemilih untuk memutuskan," kata Nauert kepada awak media dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (12/12), seperti dilaporkan laman Anadolu Agency.

Ketika ditanya apakah AS siap menerima pemerintahan Assad sampai pemilihan presiden Suriah dijadwalkan digelar pada2021, Nauert kembali mengulangi jawabannya. "Ini bukan terserah kepada AS untuk akhirnya memutuskan, tapi terserah kepada rakyat Suriah," ujarnya.

Ia pun menanggapi tentang mulai ditariknya pasukan militer Rusia dari Suriah. Rusia merupakan sekutu Assad dalam memerangi kelompok oposisi dan milisi di Suriah.

Nauert menilai keputusan Rusia menarik pasukannya tak akan mempengaruhi koalisi global yang dipimpin AS untuk tetap melakukan operasi militer di negara tersebut. Masih ada kantong-kantong ISIS, negara ini masih perlu distabilkan. "Kami berbicara tentang penghapusan puing-puingdan ranjau," katanya.

Jika Rusia memilih untuk menarik diri, tentu itu adalah pilihan Moskow untuk melakukannya. "Tapi kami terus bekerja melalui semua mitra kami untuk mencoba menstabilkan negara ini," kata Nauert menambahkan.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta Kementerian Pertahanan Rusia untuk mulai menarik pasukan militernyadari Suriah. Hal ini diungkapkan Putin ketika mengunjungi sebuah pangkalanmiliter Rusia di Hmeymim, Suriah, Senin (11/12).

Menurut Putin, selama dua tahun menggelar operasi militer di Suriah, pasukan Rusia bersama tentara Suriah telah berhasil memukul perlawanan kelompok teroris di negara tersebut.

"Mengingat hal ini, saya telah mengambil keputusan, sebagian besar kontingenmiliter Rusia yang tinggal di Suriah untuk kembali ke rumah, ke Rusia,"ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement