REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Pemerintah Malaysia ternyata juga kesulitan menghadapi peredaran narkoba di negara tersebut. Hal ini disampaikan anggota parlemen Malaysia, Budiman Mohd Zohdi, dalam sebuah diskusi di Medan, Rabu (13/12).
Budi mengatakan, teknologi yang semakin maju juga menjadi salah satu penyebab makin maraknya peredaran narkoba di Malaysia. Internet yang saat ini dapat diakses dengan mudah membuat siapapun bisa mencari tahu tentang narkoba.
"Sekarang tengok Youtube udah bisa buat sendiri. Dan hari ini dadah (narkoba) sintetis yang lebih mudah, ditengok di Youtube, orang bisa buat di mana saja. Jadi nggak mudah buat penguasa," kata Budi.
Teknologi pun, lanjut Budi, membuat masyarakat semakin mudah mendapatkan narkoba. Mereka dapat membeli barang haram itu melalui komunikasi online atau pesan singkat berbasis aplikasi.
"Mereka dapat dadah ini secara online, SMS, Wechat. Jadi pakai teknologi," ujar dia.
Budi membantah jika pihaknya dianggap kurang mengawasi peredaran narkoba hingga bisa dengan bebas ke luar negara itu dan masuk ke wilayah Indonesia. Selama ini, penyelundupan narkoba, khususnya sabu, yang masuk melalui Aceh, diketahui sebagian besar datang dari Malaysia. Penyelundupan serbuk putih itu pun dalam jumlah besar, yakni puluhan hingga ratusan kilogram. Barang haram itu diselundupkan melalui jalur laut dan udara.
"Dari pengawasan, sudah cukup banyak tapi mereka ini memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Misalnya, kalau transit kan nggak mungkin tas di bagasi dibuka. Ini yang dimanfaatkan (bandar). Kemudian jalur laut yang memang lebih besar (digunakan)," kata Budi.
Para bandar ini pun terkesan tidak takut dengan hukum yang ada. Padahal, sama seperti di indonesia, hukuman tertinggi untuk kasus narkoba di Malaysia adalah pidana mati.
"Di Malaysia, ada Pasal 39B (Akta Dadah Berbahaya atau UU Narkoba Tahun 1952) tentang hukuman mati. Walaupun begitu tidak menakuti orang yang bawa narkoba," kata Budi.
Atas dasar inilah, Budi berharap, ada penanganan serius yang dapat dilakukan oleh pemerintah Malaysia dan Indonesia. Hal ini dikarenakan narkoba sudah semakin meracuni generasi di kedua negara.
"Mendidik anak-anak lebih baik lagi. Dinasti berawal dari rumah, keluarga," kata politikus dari Partai UMNO ini.