REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sedikitnya 30 tahanan tewas dalam serangan udara yang dilancarkan koalisi Arab Saudi di Ibu Kota Sanaa. Hal itu disampaikan pemberontak Houti di Yaman melalui media resmi mereka, Al Masriet.
Seperti diwartakan Aljazirah, Kamis (14/12) serangan udara tersebut juga melukai puluhan orang lainnya. Houthi mengatakan serangan udara yang diluncurkan koalisi Saudi mengincar sejumlah fasilitas yang dikendalikan pemberontak Houthi, termasuk penjara yang menampung sekitar 180 tahanan.
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Arab Saudi terkait serangan tersebut. Perang antara koalisi dan Houti yang terjadi di Yaman sejak 2015 sejauh ini telah merenggut lebih dari 10 ribu jiwa. Tensi konflik semakin meningkat usai tewasnya mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.
Sementara, pemimpin politik Houthi Saleh al-Sammad dikabarkan telah menemui asisten Sekretaris Jendral partai General People's Congress (GPC) Yahya al-Rai. GPC merupakan partai yang mengusung Ali Abdullah Saleh. Usai berjumpa Al-Rai, Al-Sammad juga mengadakan pertemuan dengan anggota partai GPC lainnya.
Pertemuan itu agaknya membahas pemulihan aliansi antara Houthi dan partai tersebut. Pertemuan yang diadakaan di Sanaa itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Houthi Hisham Sharaf.
Houthi memang telah beraliansi dengan GPC sebelum Ali Abdullah Saleh membelot untuk bergabung dengan koalisi Arab Saudi. Kematian Saleh membuat masa depan GPC semakin tidak menentu. Ini lantaran tewasnya Sekretaris Jenderal GPC Aref Zouka tak lama setelah Saleh dibunuh. Beberapa petinggi GPC juga dikabarkan menghilang.
Dari beberapa laporan, beberapa petinggi GPC ditangkap oleh Houthi dengan tujuan guna memberikan tekanan kepada partai untuk mempertahankan aliansi. Tokoh terkemuka di GPC seperti Perdana Menteri Ahmed Obeid bin Daghr dan wakilnya Rashad al-Alimi diperkirakan akan memimpin partai dalam waktu dekat.
Sementara, konflik di kawasan itu membuat koalisi memberlakukan blokade terhadap Yaman hingga menciptakan masalah kemanusaiaan di negara tersebut. Arab Saudi menutup jalur laut, darat dan udara serta menahan akses bantuan kemanusiaan PBB untuk masuk ke Yaman.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement