REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih tampaknya tak sejalan dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson terkait posisi AS dalam perundingan dengan Korea Utara (Korut). Pada Selasa (12/12), Tillerson mengatakan dia siap membuka dialog dengan Pyongyang, tanpa prasyarat.
"Kami telah mengatakan dari sisi diplomatik, kami siap berbicara kapan saja dengan Korea Utara dan kami siap melakukan pertemuan pertama tanpa prasyarat," ujar Tillerson di Washington.
Sehari setelah Tillerson menyampaikan pernyataan itu, Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS justru kembali menegaskan sikap AS. Gedung Putih menekankan, Korut harus terlebih dahulu berkomitmen untuk meninggalkan senjata nuklirnya sebelum berunding.
"Pemerintah bersatu dalam menegaskan, setiap perundingan dengan Korea Utara harus menunggu sampai rezim tersebut secara mendasar memperbaiki tingkah lakunya. Ini harus mencakup, namun tidak terbatas pada, tidak adanya lagi tes nuklir atau rudal," kata seorang pejabat Gedung Putih yang berbicara secara anonim, Rabu (13/12), dikutip BBC.
Pertentangan yang terjadi untuk ketiga kalinya dalam beberapa bulan terakhir ini menunjukkan, Tillerson telah secara terbuka berselisih dengan Gedung Putih. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, juga turut menegaskan prasyarat yang diterapkan pemerintah AS mengenai program nuklir Korut.
"Kebijakan kami tentang DPRK tidak berubah. Diplomasi adalah prioritas utama kami melalui kampanye tekanan maksimum kami. Kami tetap terbuka untuk berdialog ketika Korea Utara bersedia melakukan dialog serius dan kredibel mengenai denuklirisasi damai, tapi hal ini tidak ada sekarang," ungkap Nauert.
Pada Agustus lalu, mantan penasihat Gedung Putih Sebastian Gorka juga mengkritik Tillerson terkait opsi militer terhadap Korut. "Gagasan Menlu Tillerson akan membahas masalah militer sama sekali tidak masuk akal. Ini adalah tugas Mattis, Menteri Pertahanan, untuk membicarakan masalah militer," kata Gorka kepada BBC.
Kemudian pada September, setelah Tillerson mengatakan dia telah membuat komunikasi langsung dengan Pyongyang, Presiden AS Donald Trump menuduh ia hanya membuang-buang waktunya. "Hemat energi Rex, kita akan melakukan apa yang harus dilakukan!" tulis Trump dalam akun Twitter pribadinya.
Trump dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk mengganti Tillerson, mantan CEO perusahaan energi raksasa Exxon Mobil, sebagai menlu. Namun Trump menyebut laporan berita itu palsu.