REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Forum komunikasi kelompok usaha garam rakyat (FK Kugar) Kabupaten Karawang, mencatat selama 2017 ini hasil produksi garam di wilayah ini mengalami penurunan di banding 2015. Saat ini, rata-rata produksi garam yaitu 40-60 ton per hektare. Padahal, produksi garam selama 2015 antara 50-70 ton per hektare.
Ketua FK Kugar Kabupaten Karawang, Aep Suhardi, mengatakan, faktor cuaca sangat memengaruhi penurunan hasil produksi garam. Karena cuaca tak menundukung. Selama 2017 ini, musim panasnya jauh lebih pendek. Sehingga, saat berbudidaya garam, pembudidaya harus kejar-kejaran dengan hujan.
"Tanamnya terlambat, karena di bulan Mei hujan masih turun. Tetapi, tahun ini musim panasnya pendek, maka petani juga terpaksa panen dini," ujar Aep, kepada Republika.co.id, Jumat (15/12).
Luas areal garam di Karawang mencapai 250 hektare. Tersebar di enam kecamatan pesisir. Salah satunya, Kecamatan Tempuran. Dari luasan itu, pembudidaya hanya mampu memanen garam sebanyak 40-60 ton per hektare. Kondisi ini, mengalami penurunan di banding 2015.
Akan tetapi, tahun ini jauh lebih baik dibanding 2016. Mengingat, selama tahun kemarin ini, pembudidaya garam tak bisa produksi sama sekali. Sebab, saat itu cuacanya kemarau basah. Dengan kata lain, musim kemarau di 2016 justru diwarnai dengan turun hujan. Dengan begitu, pembudidaya tak bisa memroduksi garam.
"Makanya, stok garam selama 2016 kosong," ujarnya.
Meskipun hasil produksi garam di 2017 ini turun, lanjut Aep, pembudidaya sangat bahagia. Sebab, harga garam tahun ini jauh lebih baik di banding harga di 2015. Selama panen, harga garam bervariasi dari yang terendah Rp 1.000 per kilogram sampai tertinggi Rp 4.000 per kilogram.
"Kalau harga di 2015, harga terendahnya Rp 500, sedangkan tertingginya Rp 1.200 per kilogram," ujanya.
Sementara itu, Kabid Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Abuh Buchori, mengatakan, kebutuhan sektor pengolahan ikan akan garam cukup tinggi. Yakni, mencapai 10 ton per hari. Mengingat, masyarakat kebutuhan ikannya untuk dijadikan olahannya juga tinggi. Yaitu 80 ton ikan segar per harinya.
"Kita punya sentra pengolahan ikan pindang di Cicinde, Kecamatan Banyusari. Di wilayah itu saja ada 1.500 pengolah ikan. Belum lagi di wilayah lainnya," ujar Abuh.