REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Lampung mengklaim kelangkaan elpiji subsidi tabung 3 kg atau tabung melon karena konsumsi masyarakat yang meningkat pada akhir tahun ini. Padahal, Pertamina telah menambah alokasi tabung elpiji pada 6 Desember 2017 sebanyak 530 ribu tabung.
"Sebenarnya hanya panic buying (kepanikan dalam menghadapi sesuatu yang langka). Selain itu meningkatnya pengguna elpiji pada akhir tahun ini," kata Kepala Bidang Elpiji Hiswana Migas Lampung Adi Chandra di Bandar Lampung, Jumat (15/12).
Biasanya masyarakat hanya membeli satu sampai dua tabung elpiji melon, akan tetapi karena kepanikan, mereka mengeluarkan tabung setengah kosong, tabung kosong, dan tabung tidak terguna untuk membeli elpiji. Kepanikan tersebut menimbulkan keresahan di masyarakat.
Menurut Adi Chandra, pertamina telah menambah jumlah alokasi kebutuhan elpiji per 6 Desember lalu sebanyak 530 ribu tabung se-Lampung, diharapkan tambahan tersebut dapat mencukupi kebutuhan masyarakat pengguna elpiji subsidi. Selain itu, Pertamina juga menggelar operasi pasar (OP) agar masyarakat mudah mendapatkan elpiji dengan harga resmi Rp 16.500 per tabung.
Meski mengalami peningkatan, Adi meminta masyarakat untuk tidak khawatir. Sebab pihaknya bersama Pertamina sudah melakukan antisipasi peningkatan kebutuhan dengan menambah stok gas sebanyak 11 persen.
Sales Executive Pertamina Divisi LPG Lampung Widhi Hidayat sebelumnya menyebutkan, menjelaskan, OP elpiji tabung 3 kg dilakukan di delapan titik wilayah Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel) meliputi Kecamatan Rajabasa, Katibung, Candipuro, Penengahan, Kalianda, Sragi, Bakauheni, dan Sidomulyo.
Dalam OP di wilayah Lamsel ini, pihaknya menyediakan 4.480 tabung untuk dipasarkan ke masyarakat dengan harga normal Rp 16.500. Pihaknya menyediakan 560 tabung setiap kecamatan. Operasi pasar tersebut didukung 13 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji atau SPBE.