REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surplus dari neraca perdagangan Indonesia pada November 2017 mengalami penurunan karena tertekan peningkatan impor. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kasan Muhri mengatakan, kenaikan permintaan barang impor pada November 2017 terjadi pada semua jenis barang.
Namun, jika dilihat lebih dalam, impor barang konsumsi mengalami kenaikan yang paling tinggi, yakni 31,2 persen secara year on year atau 8,2 persen secara month on month. Adapun jenis barang konsumsi yang banyak diimpor berupa susu/cream, kopi instan, mesin pendingin, gula, daging sapi, obat-obatan, dan makanan suplemen.
"Dilihat dari jenisnya, permintaan impor barang-barang konsumsi tersebut diperkirakan bukan karena untuk memenuhi kebutuhan Natal dan tahun baru," kata dia, saat ditemui wartawan di Jakarta, Jumat (15/12).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada November 2017 neraca perdagangan Indonesia mengalami mengalami surplus 0,13 miliar dolar AS. Angka itu jauh lebih rendah dibandingkan surplus pada Oktober 2017 yang sebesar 1 miliar dolar AS.
BPS juga mencatat, kinerja impor pada November 2017 mencapai 15,15 miliar dolar AS, atau naik 6,42 persen dibanding periode Oktober 2016. Sementara, jika dibandingkan dengan November 2016, angka itu juga meningkat sebesar 19,62 persen.