REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian RI, Airlangga Hartanto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar dalam rapat pleno pada Rabu (13/12). Airlangga terpilih sebagai Golkar 1 menggantikan ketua umum sebelumnya Setya Novanto (Setnov).
Pengamat Politik Universiatas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedillah menilai terpilihnya Airlangga menggantikan Setnov adalah keputusan pragmatis yang paling mungkin dilakukan Golkar. Karena citra dan kondisi Golkar yang semakin buruk akibat kasus korupsi KTP Elektronik yang menjerat ketua umum sebelumnya.
"Airlangga Hartanto memiliki kapasitas untuk memimpin partai tipe Golkar dan memperbaiki kondisi Golkar," ujar Ubedillah kepada Republika.co.id, Jumat (15/12).
Alasannya, karena posisi Airlangga sebagai bagian dari Kabinet cocok dengan karakter partai Golkar yang cenderung memilih jalan koalisi dengan pemerintahan yang berkuasa. Tentu saja sambung Ubedillah, cara ini secara pragmatis menguntungkan bagi Golkar.
Karena dengan Airlangga memiliki akses politik termasuk akses terhadap sumber-sumber finansial dari APBD atau APBN, terangnya. Oleh karena itu lanjut Ubedillah, segera Airlangga perlu melakukan image restoration atau pemulihan citra Golkar.
Caranya dengan melakukan tindakan korektif (corrective action) atau menyadari kekeliruannya sekaligus merancang agenda politik ke depan. "Airlangga harus melakukan pemulihan image Golkar dengan melakukan tindakan korektif serta merancang agenda politik partai yang pro pada kemajuan dan kesejahteraan rakyat," jelas Ubedillah.