REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Cina telah mencabut larangan paparan budaya Korea Selatan untuk masuk ke negaranya. Pelarangan yang berlangsung selama hampir satu tahun itu terselesaikan usai serangkaian pembicaraan diplomatik pada 31 Oktober.
Larangan secara tidak resmi diberlakukan Cina setelah Korsel dan Amerika Serikat setuju memasang sistem antimisil di Kabupaten Seongju pada 2016. Cina menganggap putusan Korsel itu akan membahayakan keamanannya sendiri.
Sebagai penolakan, Cina melarang masuknya budaya Korsel, termasuk seni, musik pop, dan acara televisi. Galeri internasional di Cina juga tidak diizinkan menampilkan produk kesenian Korsel, namun tetap memajang karya seniman lintas negara.
"Tidak mengherankan bahwa pertukaran dalam seni dipengaruhi oleh isu-isu politik, yang mengejutkan adalah saat ini larangan dan embargo begitu kuat dan terlihat," kata Eun Yong Kwon, perencana seni visual di Korean Arts Management Service di Seoul.
Agen seni di Cina yang tidak ingin disebut namanya mengatakan pernah diminta menghapus Korea Selatan dari pekan seni ART021 Shanghai. Museum pribadi yang telah menjadwalkan pameran seniman Korea-Amerika Nam June Paik juga sempat menunda pembukaan perdananya.
Tak satupun komunitas seni Cina pernah mengumumkan larangan tersebut. Pasalnya, putusan pemerintah di Cina biasanya tidak terjadi melalui mandat langsung, melainkan menyebar melalui penyensoran diri dan rumor sehingga sulit menilai apa yang sebenarnya terjadi.
"Sulit bagi kami mengetahui (apa yang terjadi) karena hari ini pemerintah bisa memiliki masalah dengan Korea Selatan dan keesokan harinya mereka bisa memutuskan semua baik-baik saja," kata seorang pakar seni di Cina, dikutip dari laman Art Forum.