REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Puluhan ribu warga Yordania turun ke jalan di berbagai gubernuran pada Jumat (15/12) untuk memprotes keputusan Presiden AS Donald Trump guna mengakui Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Unjuk-rasa terbesar diselenggarakan di pusat kota Amman, saat lebih dari 20 ribu pemortes dari berbagai kelompok dan partai politik melancarkan aksi mereka. Rakyat membakar bendera Israel dan AS, dan menyerukan dihapuskannya kesepakatan perdamaian Wadi Araba 1994, yang ditandatangani Jordania dengan Israel.
"Jerusalem ada milik kami dan itu dalam Bahasa Arab tak peduli apa yang dikatakan Trump," kata demonstran, sambil membawa gambar Masjid Al-Aqsha dan Jerusalem, sebagaimana dikutip Xinhua, Sabtu (16/12).
Ibrahim Halabi, pemrotes yang berusia 58 tahun, mengatakan, "Kami berada di sini untuk secara damai mengirim pesan bahwa kami semua menolak keputusan ini, yang akan menambah buruk situasi. Jerusalem adalah garis merah buat bangsa Arab dan umat Muslim dan Trump perlu memahami ini."
"Kita semua juga harus mendukung dan memperlihatkan solidaritas buat rakyat Palestina mengenai Jerusalem dan rakyat Palestina saat mereka menghadapi semua agresi dan pelanggaran Israel setelah keputusan ini," kata Halabi kepada Xinhua.
Demonstran juga menyerukan pemboikotan produk AS dan mendesak negara Arab dan Muslim agar melakukan tindakan lebih jauh guna menekan Amerika Serikat agar mencabut keputusan tersebut. Rakyat Yordania juga menggelar demonstrasi di luar Kedutaan Besar AS di Ibu Kota Jordania, Amman, untuk menolak keputusan Trump itu.