Sabtu 16 Dec 2017 13:46 WIB

AS Peringatkan tentang Ketidakstabilan di Suriah

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Budi Raharjo
Staffan de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah
Foto: AP
Staffan de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendesak semua pihak yang berselisih dalam krisis Suriah agar berpartisipasi penuh dalam perundingan Jenewa yang disponsori PBB. Pernyataan ini dikeluarkan setelah perundingan Jenewa putaran kedelapan berakhir tanpa solusi.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan, AS menginginkan pihak pendukung pemerintah Suriah untuk menggunakan pengaruhnya guna mendesak rezim Bashar al-Assad berpartisipasi penuh dalam perundingan nyata dengan oposisi di Jenewa. Hal ini penting agar ketidakstabilan di Suriah berakhir.

"AS mendesak semua pihak untuk bekerja secara serius menuju resolusi politik terhadap konflik ini atau menghadapi isolasi dan ketidakstabilan yang terus berlanjut tanpa batas waktu di Suriah," ujar Nauert memperingatkan pada Jumat (15/12).

Perundingan perdamaian Suriah putarank edelapan yang digelar di Jenewa, Swiss, telah berakhir pada Kamis (14/12). PBB selaku pihak yang memimpin negosiasi tersebut kecewa karena tak ada hasil apapun yang dicapai selama proses perundingan.

"Saya kecewa tentang pembicaraan yang gagal ini," kata Utusan Khusus PBB Staffan de Mistura seusai perundingan tersebut.

De Mistura menerangkan, kegagalan perundingan pada putaran kali ini karena delegasi pemerintah Assad mengajukan prasyarat untuk digelarnya pemibcaraan langsung dengan oposisi. Menurut kepala delegasi rezim pemerintah Suriah, Bashar al-Jaafari, mereka tidak akan melakukan pembicaraan langsung dengan oposisi sebelum mereka menarik diri darid eklarasi Riyadh 2.

Pada November lalu, delegasi oposisi menggelar pertemuan di Riyadh, Arab Saudi. Usai pertemuan tersebut mereka mendeklarasikan sebuah pernyataan yang berbunyi pemimpin rezim Suriah Bashar al-Assad tidak memiliki peran dalam transisi politik apapun di negara tersebut.

De Mistura menilai prasyarat yang memaksa oposisi untuk menarik diri dari Riyadh 2 bukanlah pendekatan logis dan memungkinkan oleh pihak pemerintah. Memperhatikan prasyarat yang diajukan, de Mistura menduga pemerintah Suriah memang tak sungguh-sungguh ingin menemukan solusi melalui negosiasi dengan oposisi.

"Saya tidak melihat bahwa pemerintah benar-benar mencari cara untuk berdialog dalam sebuah perundingan selama putaran ini. Saya melihat pihak oposisi berupaya melakukan hal yang sama," ujar de Mistura.

Kendati demikian, de Mistura mengatakan PBB masih belum patah arang untuk mendamaikan kedua kubu yang berselisih di Suriah. De Mistura mengungkapkan dia telah merencakan satu putaran perundingan lagi di Jenewa pada Januari 2018 mendatang. Ia berharap pada putaran mendatang, delegasi pemerintah dan oposisi dapat mencapai sebuah kesepakatan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement