Sabtu 16 Dec 2017 14:53 WIB

BNPB: 900-an Bangunan Rusak Akibat Gempa Selatan Tasikmalaya

Rep: Amri Amrullah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Rumah warga rusak akibat gempa yang berpusat di Selatan Kabupaten Tasikmalaya.
Foto: istimewa
Rumah warga rusak akibat gempa yang berpusat di Selatan Kabupaten Tasikmalaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan setidaknya lebih dari 900-an bangunan rusak akibat gempa yang terjadi di selatan Tasikmalaya pada Jumat (15/12) malam.

"Kerusakan bangunan tersebut di antaranya 228 rusak berat, 152 rusak sedang, 97 rusak ringan, dan 473 rumah rusak yang belum sempat diklasifikasi," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho saat konferensi pers penanganan bencana di Graha BNPB, Sabtu (16/12).

Ia mengungkapkan hingga saat ini tim penanggulangan bencana yang terdiri dari seluruh elemen masyarakat sedang fokus pada pencarian korban, pendataan dan pemenuhan kebutuhan para pengungsi. Update data terakhir korban bencana gempa ini tiga orang meninggal dunia. Dua orang di antaranya meninggak akibat dampak langsung, yakni Ibu Dede Lutfi (62) warga Desa Gunungsahari RT 04 RW02 Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis, dan Ibu Aminah (80) waga Sugihwaras Gg. 1 RT 02 RW 18 Kelurahan Kauman Kota Pekalongan.

"Keduanya meninggal karena tertimpa tembok yang roboh," ungkap Sutopo. Sedangkan seorang korban bernama Ibu Fatimah di kabupaten bantul meninggal karena jatuh saat kepanikan. "Jadi tiga orang meninggal baik dari dampak langsung atau tak langsung gempa," terangnya.

Dan korban luka masih dalam pendataan. Sutopo menambahkan sejak gempa pertama terjadi hingga kini, setidaknya telah terjadi 19 kali gempa susulan. Gempa susulan ini terjadi dengan kekuatan dibawah 5 Skala Richter.

Adapun terkait gempa yang terjadi pada Sabtu (16/12) pagi di Garut, Sutopo memastikan gempa ini tidak terkait dengan rangkaian gempa yang terjadi di selatan Tasikmalaya.

Kepala BNPB Willem Rampangilei saat ini sudah berada di lokasi bencana. Kepala BNPB juga telah menyampaikan laporan ke Presiden Joko Widodo tentang penanganan gempa terbaru, para pengungsi berada di tempat pengungsian, dan memfungsikan balai desa, tempat ibadah.

Terkait peringatan Tsunami yang sempat diberitahukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Sutopo menegaskan peringatan Tsunami itu hanya sebagai peringatan awal, agar ada kewaspadaan bagi masyarakat. Walaupun akhirnya BMKG mencabut peringatan tersebut karena memang tsunami tidak terjadi.

Kelemahan informasi kepastian terjadinya Tsunami ini, jelas Sutopo karena alat untuk memastikan terjadinya Tsunami yakni buoy Tsumani yang berada di laut sudah rusak. Sehingga ketika gempa dengan kekuatan 7 Skala Richter yang berada di kawasan Subduksi (pertemuan lempeng) peringatan dini Tsunami tetap dibunyikan.

Rusaknya alat buoy Tsunami ini, kata Sutopo membuat informasi kepastian terjadinya Tsunami tidak tersampaikan langsung. "Saat ini Indonesia memiliki 22 alat buoy Tsunami dan 22 alat itu semuanya rusak," paparnya.

Selain itu, kata Sutopo, kelemahan lain dalam soal bencana gempa ini adalah lemahnya mitigasi. Masih banyak bangunan di kawasan gempa dengan struktur bangunan yang rapuh dan sangat sederhana. Sehingga ketika gempa bangunan mudah roboh. Selain itu pemahaman kebencanaan yang lemah, membuat masyarakat mudah menjadi korban.

Sebelumnya Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi menyampaikan gempa yang mengguncang Tasikmalaya berkekuatan 6,9 Skala Richter terjadi pada Jumat, (15/12) pukul 23.47.58 WIB. Hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi berkekuatan 6,9 terjadi dengan koordinat episenter pada 7,75 LS dan 108,11 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 6 km arah tenggara Kota Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat pada kedalaman 120 km.

Dampak gempabumi yang digambarkan oleh Peta tingkat guncangan (shakemap) BMKG menunjukkan bahwa dampak gempabumi berupa guncangan dirasakan di daerah Jakarta II-III, Bandung III-IV MMI, Depok II-III MMI, Karangkates III-IV MMI, Ngawi II MMI, Madiun II MMI, Nganjuk II MMI, Bandung II MMI, Mataram II MMI, Kebumen III-IV, Yogyakarta III MMI Guncangan gempabumi ini dilaporkan terasa di pesisir Selatan Pulau Jawa.

"Gempa bumi selatan Jawa ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi berkedalaman menengah akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempang Eurasia," ungkap Riyadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement