REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan, partisipasi perempuan dalam dunia politik dinilai masih sangat rendah. Terhitung, dari 1.155 pendaftar bakal calon legislatif (Bacaleg) PSI gelombang I, pendaftar perempuan hanya mencapai enam persen saja.
"Pendaftar perempuan hanya enam persen saja. Maka dari itu kami juga akan konsen untuk meyakinkan perempuan masuk dunia politik," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSI Raja Juli Antoni di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta, Sabtu (16/12).
Toni menegaskan, PSI akan terus mendorong perempuan agar berani terjun dalam dunia politik. Seperti dengan melakukan audiensi kepada organisasi-organisasi perempuan seperti, Muslimat Nadhatul Ulama (NU), Fatayat NU, sayap perempuan Persatuan Gereja Indonesia (PGI), Komnas Perempuan dan organisasi perempuan lainnya.
Mantan menteri perdagangan, Mari E. Pangestu juga menilai keterlibatan perempuan Indonesia dalam dunia politik perlu didorong. Sebab, perempuan khususnya generasi muda perlu berkontribusi dalam memajukan bangsa.
"Keterlibatan pendaftar perempuan masih rendah saya lihat, padahal perempuan harus terlibat dalam perpolitikan," ungkap Mari yang juga menjadi salah satu juri independen pada seleksi Bacaleg PSI.
Untuk itu, menurut Mari, PSI sebagai partai baru yang dipenuhi jiwa-jiwa muda pun harus memiliki kader perempuan dengan jumlah cukup banyak. Minimal, kata dia, satu per tiga jumlah kader harus perempuan.
"Karena itu PSI harus mulai mengajak perempuan secara proaktif untuk bergabung. Sebab, banyak isu-isu yang sangat penting saat ini, yang saya rasa perempuan perlu bersuara," jelas dia.