Ahad 17 Dec 2017 16:39 WIB

Media Israel Soroti Seruan Ulama Indonesia Boikot Produk AS

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Bayu Hermawan
Massa memadati kawasan Monumen Nasional (Monas) saat Aksi Bela Palestina di Jakarta, Ahad (17/12).
Foto: Antara/Aprillio Akbar
Massa memadati kawasan Monumen Nasional (Monas) saat Aksi Bela Palestina di Jakarta, Ahad (17/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Bela Palestina yang dilakukan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Ahad (17/12), mendapat sorotan dari berbagai media luar negeri, termasuk The Times of Israel yang berpusat di Israel. Dalam laporannya, The Times of Israel menyoroti seruan ulama Indonesia memboikot produk Amerika Serikat, pascapengakuan Presiden AS Donald Trump, yang mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel.

Para demonstran mengenakan jubah putih dan membawa spanduk bertuliskan "Indonesia bersatu untuk Palestina." Diperkirakan 80 ribu massa berkumpul pada Ahad (17/12), di ibu kota negara Muslim terbesar di dunia tersebut, yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Anwar Abbas, seorang ulama terkemuka, membaca sebuah petisi yang meminta masyarakat Indonesia untuk berhenti membeli produk-produk Amerika, hingga Trump mencabut keputusannya untuk memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Jangan mengandalkan produk mereka," kata Anwar kepada kerumunan massa, termasuk pria, wanita dan anak-anak yang menanggapinya dengan melambaikan bendera Indonesia dan Palestina dan meneriakkan "boikot!"

Protes anti-Amerika sebelumnya tidak berhasil melobi untuk memboikot barang-barang AS, berdasarkan laporan The Times of Israel, Ahad (17/12).

Juru bicara kepolisian Jakarta Argo Yuwono mengatakan, para pemrotes bergerak dengan damai sekitar 3 kilometer dari Taman Monumen Nasional ke Kedutaan Besar AS. Beberapa media lokal juga melaporkan jumlah demonstran tersebut, dua kali lipat dari perkiraan polisi. Sekitar 20 ribu pasukan keamanan dikerahkan untuk mengamankan demonstrasi tersebut.

Dalam petisi tersebut, para ulama mendesak Trump untuk segera mencabut pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibukota Israel. Dengan mengatakan, hal tersebut telah merugikan keadilan internasional, melanggar hak asasi manusia rakyat Palestina dan merusak usaha perdamaian.

Para Ulama juga menuntut, agar negara-negara lain tidak mengikuti langkah AS untuk memindahkan kedutaan mereka dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan sidang darurat, guna membahas deklarasi Trump. Ketua dewan ulama, Ma'ruf Amin, mengatakan,

"Mari bersama dengan pemerintah dan dunia untuk kebebasan Palestina melalui cara-cara politik, diplomatik dan ekonomi," kata Ma'ruf.

Presiden Indonesia Joko Widodo juga mengecam keras langkah Trump, yang dia sebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB. Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan telah lama menjadi pendukung kuat aspirasi Palestina untuk menjadi sebuah negara bagian.

Dalam sebuah pidato pada awal bulan ini dari Gedung Putih, Trump menentang peringatan di seluruh dunia dan bersikeras bahwa hal tersebut dilakukan untuk mencapai perdamaian,yang ia sebut sebagai sebuah pendekatan baru yang telah lama tidak dilakukan. Dimana hal tersebut menggambarkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibukota Israel, yang menurutnya berdasarkan kenyataan.

Langkah tersebut dipuji oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan beberapa pemimpin di sebagian besar spektrum politik Israel. Dan, hal tersebut mendapat tanggapan yang sebaliknya dari negara-negara Palestina dan Arab. Namun, The Times of Israel melaporkan, Trump menekankan, ia tidak menentukan batas-batas kedaulatan Israel di kota tersebut, dan meminta agar tidak terjadi perubahan status quo di tempat-tempat suci di kota tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement