REPUBLIKA.CO.ID, SEKADAU -- Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar di Indonesia dengan luas 539.460 kilometer persegi. Namun, di beberapa daerah pelosok yang ada tanah borneo ini pembangunan masih sangat kurang, seperti halnya pembangunan infrastruktur di daerah pelosok Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat.
Karena kurangnya infrastruktur tersebut, bahkan guru agama menjadi terkendala untuk mengajar. Hal ini disampaikan guru pendidikan agama yang dikirim Kementeriam Agama dalam program visiting teacher 2017, Edi Suwanto.
Guru asal Cirebon ini sudah tiga hari tinggal di Kabupaten Sekadau untuk mendengarkan keluhan guru agama di Sekadau. "Kendalanya rata-rata di sini perjalanan guru ketika dari rumah menuju sekolah karena medannya sulit," ujarnya kepada Republika.co.id, Ahad (17/12).
Salah satu sekolah yang Edi kunjungi adalah sekolah SMP 9 Satu Atap Sekadau Hilir. Ia bertemu dengan salah satu guru agama yang mengajar di sekolah tersebut, Fitriadi Hadikin. Menurut Edi, untuk mengajar di sekolah tersebut Fitriadi harus menempuh medan yang cukup berat.
Fitriadi harus menyeberangi Sungai Kapuas dengan menggunakan perahu dulu untuk mencapai sekolah SMP 9. Biaya perahu per orang dikenakan biaya Rp 5.000, sedangkan jika ingin naik perahu sambil membawa motor akan dikenakan Rp 20 ribu
Setelah menyebrang, Fitriadi juga harus melewati jalanan becek yang belum teraspal. "Dari rumahnya dia naik motor, setelah sampai di Sungai Kapuas harus naik perahu dulu. Guru itu punya dua motor. Ketika menyeberang, ganti motor satunya lagi yang dimodif untuk melewati jalan becek," kata Edi.
Jarak tempuh dari rumah Fitriadi di Sikadau menuju SMP 9 yang berada di Sikadau Hilir membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Jika kondisi jalanan becek akibat hujan, Fitriadi pasti akan terlambat datang sekolah sehingga tidak maksimal dalam memanfaatkan waktu mengajar.
"Selain karena masalah kurangnya infraatruktur itu, guru agama juga mengeluhkan sarana dan prasarana yang belum memadai di sekolah," jelasnya.