Senin 18 Dec 2017 14:43 WIB

28 Provinsi KLB, IDI Nilai Cakupan Imunisasi Belum Merata

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Winda Destiana Putri
Bahaya Difteri
Foto: republika/mardiah
Bahaya Difteri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai penyakit difteri muncul dan mengakibatkan kejadian luar biasa (KLB) difteri di sekitar 28 provinsi karena disebabkan cakupan imunisasi belum merata dan sesuai target. Ketua Umum Pengurus Besar IDI I Oeatama Marsis mengatakan, dalam beberapa pekan ini, berbagai daerah di Indonesia dilaporkan mengalami KLB difteri yang sudah tidak pernah muncul lagi di Indonesia.

Bahkan, kata dia, KLB difteri dilaporkan terjadi di 28 provinsi. IDI melihat permasalahan ini muncul disebabkan cakupan imunisasi belum merata dan belum sesuai target.

"Mereka (anak Indonesia yang terserang difteri) umumnya tidak pernah atau tidak lengkap imunisasi anti difterinya," katanya saat konferensi pers IDI menyikapi KLB difteri, di Jakarta, Senin (18/12).

Padahal, ia menyebut imunisasi Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT), difteri tetanus (DT), dan Tetanus difteri (Td) yang rutin dilakukan di seluruh negara karena terbukti bermanfaat dan aman. Ini disimpulkan penelitian kelompok pasien-pasien yang sakit difteri ketika dilihat catatan di kartu catatan imunisasi (KMS).

Untuk itu, kata dia, Outbreak Response Immunization (ORI) difteri yaitu pemberian imunisasi setelah mendapat laporan kejadian luar biasa (KLB) difteri merupakan upaya tambahan untuk menciptakan kekebalan komunitas. Tujuannya agar masyarakat, terutama anak-anak di daerah ORI bisa terhindar dari penyakit yang berbahaya dan sangat menular ini.

"Syarat tercapainya kekebalan komunitas adalah cakupan imunisasi di suatu daerah harus tinggi terus-menerus. Untuk memenuhi syarat kekebalan komunitas ini, seharusnya pelaksanaan imunisasi selalu ditargetkan 100 persen," katanya.

Sementara itu Konsultan Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Zakiudin Munasir menambahkan, dulu kasus difteri pernah muncul di Tanah Air. Namun, kata dia, semenjak imunisasi gencar dilakukan dan cakupannya lebih dari 80 persen masyarakat hasilnya yang mendapat imunisasi kebal.

"Penyakit ini hilang," ujarnya. Namun, kata dia, ketika kekebalan di masyarakat hanya 60 persen maka KLB difteri kembali muncul ke permukaan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement