REPUBLIKA.CO.ID, PAPUA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menegaskan, penerbit yang menuliskan Yerussalem sebagai Ibu Kota Israel pada buku IPS SD kelas VI, harus segera merevisi dan menarik buku tersebut dari peredaran. Muhadjir mengatakan, penerbit harus bertanggungjawab atas kesalahan yang dibuat dalam buku tersebut.
"Ya kalau penerbit, saya imbau harus segera tarik bukunya dari masyarakat. Penerbit harus segera bertindak," kata Muhadjir usai meresmikan unit sekolah baru (USB) SMPN Ok Aom dan Teiraplu di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (18/12).
Meski begitu, Muhadjir mengaku, tidak mengetahui secara pasti penerbit mana saja yang melakukan kesalahan penulisan tersebut. Karenanya, dia mengimbau semua penerbit yang merasa menuliskan Yerusalem sebagai Ibu Kota Palestina pada buku IPS kelas VI atau buku lainnya, segera merevisi bahkan menarik buku itu dari masyarakat.
Langkah tegas tersebut, kata dia, wajib dilakukan penerbit. Sebab, penulisan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel sama sekali tidak sejalan dengan langkah politik presiden RI Joko Widodo serta seluruh masyarakat Indonesia, yang mendukung Kemerdekaan Palestina.
"Penerbit mana saja, yang memang menulis Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel harus bertanggung jawab ya," jelasnya.
Akhir-akhir ini masyarakat dihebohkan oleh temuan sejumlah buku IPS kelas VI yang menulis Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Kesalahan penulisan tersebut tertulis pada sejumlah buku IPS, seperti pada buku IPS kelas VI terbitan Yudhistira, lalu buku IPS Kelas VI yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Selain itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menemukan kesalahan serupa pada buku IPS SD kelas VI yang diterbitkan Intan Pariwara. Pada buku terbitan Intan Pariwara kesalahan tersebut ditemukan pada tabel negara-negara Asia Barat yang total berjumlah 19 negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, Yaman, dan lain-lain termasuk Israel. Di tabel Asia Barat itulah tertulis Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.