REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mempertanyakan ketersediaan vaksin saat melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) difteri yaitu pemberian imunisasi setelah mendapat laporan kejadian luar biasa (KLB) difteri. Ketua Umum Pengurus Besar IDI I Oeatama Marsis mempertanyakan ketersediaan jumlah vaksin yang diberikan saat ORI apakah mencukupi atau tidak.
Stok imunisasi yang ia maksud adalah Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT), Difteri Tetanus (DT), dan Tetanus difteri (Td).
"Ini yang jadi masalah dan kami komunikasikan," katanya saat konferensi pers IDI menyikapi KLB difteri, di Jakarta, Senin (18/12).
Kalau ketakutannya benar terjadi yaitu jumlah vaksin tak mencukupi dan tidak disikapi dari awal, kata dia, maka akan timbul masalah besar lagi yaitu timbul kepanikan dari masyarakat. Tentu jika ini terjadi maka menjadi masalah.
Sementara itu,Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Kesehatan Elizabeth Jane Soepardi mengklaim stok imunisasi untuk ORI difteri selama Desember 2017 masih mencukupi. Pun demikian dengan stok imunisasi difteri pada 2018 memakai vaksin tahun depan.
"Jadi, harus mencukupi," ujarnya saat dihubungi Republika, Senin.
Pihaknya mengaku terus menerus berkomunikasi dengan badan usaha milik negara (BUMN) penghasil vaksin Bio Farma untuk produksi vaksin tersebut.