Senin 18 Dec 2017 23:21 WIB

Was-wasnya Jokowi dan Pemilihan Airlangga Jadi Ketum Golkar

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto usai memberikan sambutan saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, Senin (18/12).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto usai memberikan sambutan saat pembukaan Rapimnas Partai Golkar di Jakarta Convention Center, Senin (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat was-was dengan kondisi Partai Golkar karena sempat memanas dengan terciduknya Ketua Umum Setya Novanto yang notabene merupakan ketua DPR RI oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pencarian pengganti kursi Novanto pun menjadi polemik yang cukup hangat karena Ketua Umum Golkar akan sangat mempengaruhi iklim politik nasional. "Setelah saya dalami, saya cek, bagusnya hanya hangat-hangat kuku, tidak sampai panas," kata Jokowi dalam Munaslub Golkar, Senin (18/12).

Suasana panas ini pun kembali mereda ketika Jokowi menerima surat dari DPD I Partai Golkar untuk melakukan perbicangan. Jokowi pun mempersilakan mereka melakukan komunikasi terkait dengan pencalonan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar menggantikan Setya Novanto. Pertemuan ini berlangsung di Istana Kepresidenan.

Dalam pertemuan tersebut, perwakilan dari DPD I Golkar menyampaiikan secara langsung kepada Jokowi bahwa mereka meminta izin agar Airlangga bisa maju dalam pencalonan tersebut. Musababnya, Airlangga hingga saat ini masih menjabat sebagai Menteri Perindustrian menggantikan menteri sebelumnya yang dicopot Jokowi.

Mendapat permintaan tersebut Jokowi tidak mengiyakan dan tidak menahan Airlangga maju dalam pencalonan Ketua Umum Golkar. "Saya tanya, apa ada aspirasi lain? Tengok kanan kiri enggak ada, berarti sudah bulat. Saya enggak memengaruhi (pencalonan Airlangga, Red), saya hanya menceritakan pertemuan saat itu," ujar Jokowi.